"SALAH satu penyebab pemerintah kewalahan memenuhi fasilitas kebutuhan dasar warganya, terutama kesehatan, pendidikan, listrik, air bersih, karena terbengkalainya program Keluarga Berencana (KB) sehingga fasilitas yang dibangun selalu tak mencukupi!" ujar Umar.
"Jika dibanding era Orde Baru, baik jumlah anggarannya, prioritas pemerintah, keefektifan penanganannya, apa yang dilakukan pemerintah sekarang jauh dari memadai! Akibatnya masalah-masalah sosial yang berbalut kemiskinan makin runyam karena beban kegagalan KB langsung menimpa warga miskin!"
"Memang, dulu program KB tak cuma membatasi kelahiran! Bahkan dijadikan andalan bagi usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui kegiatan produktif kaum ibu!" timpal Amir. "Kini, untuk membatasi kelahiran saja kedodoran! Dari sensus penduduk 2010, jumlah penduduk negeri kita sudah 237 juta dengan pertumbuhan 1,49% per tahun, akhir tahun ini penduduk Indonesia jadi 241 juta jiwa! Menyiapkan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru saja yang jumlahnya meningkat setiap tahun, sudah terasa berat!"
"Terkait usaha menekan laju pertambahan penduduk lewat membatasi jumlah kelahiran (anak) dalam keluarga, memperjarang jarak waktu kelahiran, dan menunda usia perkawinan, belakangan ini seperti tak jelas juntrungnya, bahkan kampanyenya nyaris tak terdengar!" tegas Umar.
"Dalam hal menunda usia perkawinan, justru gejala kawin muda yang lebih marak! Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, sebanyak 41,9% perempuan menikah pada usia 15—19 tahun! Bahkan, perempuan menikah pada usia 10—14 tahun mencapai 4,8% dari total jumlah pernikahan!" (Kompas, 23-11)
"Diterbengkalaikannya program KB oleh penguasa sekarang, tentu dibanding dengan penguasa masa lalu, jelas amat mengherankan!" tukas Amir. "Sejak SD anak-anak diajari Teori Malthus, bahayanya pertambahan penduduk dengan deret ukur dibanding naiknya produksi pangan dengan deret hitung, belum lagi ajaran akademis tentang involusi pertanian di Pulau Jawa—dari Clifford Gertz—beban penduduk yang terus meningkat pada lahan pertanian yang justru terus berkurang! Di Pulau Jawa sekarang umpel-umpelan 150 juta jiwa! Eh, jebulnya malah pemerintah mengesampingkan program KB!" "Sangat jauh dari rasionalitas penanganan Program KB yang asal ada tanpa prioritas oleh pemerintah sekarang!" tegas Umar. "Sedihnya, semua itu tanpa alasan yang jelas pula!" ***
"Diterbengkalaikannya program KB oleh penguasa sekarang, tentu dibanding dengan penguasa masa lalu, jelas amat mengherankan!" tukas Amir. "Sejak SD anak-anak diajari Teori Malthus, bahayanya pertambahan penduduk dengan deret ukur dibanding naiknya produksi pangan dengan deret hitung, belum lagi ajaran akademis tentang involusi pertanian di Pulau Jawa—dari Clifford Gertz—beban penduduk yang terus meningkat pada lahan pertanian yang justru terus berkurang! Di Pulau Jawa sekarang umpel-umpelan 150 juta jiwa! Eh, jebulnya malah pemerintah mengesampingkan program KB!" "Sangat jauh dari rasionalitas penanganan Program KB yang asal ada tanpa prioritas oleh pemerintah sekarang!" tegas Umar. "Sedihnya, semua itu tanpa alasan yang jelas pula!" ***
0 komentar:
Posting Komentar