H. Bambang Eka Wijaya
"MESKIPUN penurunan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) akibat krisis utang negara kawasan itu bisa dikompensasi dengan peningkatan ekspor ke China, pelambatan pertumbuhan ekonomi Asia Timur termasuk Indonesia tak bisa dihindari!" ujar Umar. "Itu sesuai peringatan Bank Dunia dalam laporannya tentang Asia Timur dan Pasifik terbaru yang dirilis di Hong Kong Selasa!" (Kompas, 23-11)
"Tapi para ekonom kita optimistis, 2011 maupun 2012 nanti pertumbuhan ekonomi Indonesia tak terbendung di posisi 6,3% sampai 6,5%!" timpal Amir. "Ikuti saja berbagai laporan dari pemerintah maupun lembaga swasta, optimismenya senada! Artinya kita layak waspadai peringatan Bank Dunia itu, tapi dengan fundamental ekonomi yang kuat, terutama cadangan devisa di atas 100 miliar dolar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia takkan terpengaruh signifikan oleh krisis Eropa dan AS!"
"Prediksi Bank Dunia atas pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 6,4% dan 2012 6,3% menunjukkan kecilnya dampak krisis Eropa dan AS itu!" tegas Umar. "Dengan begitu kita tak harus khawatir berlebihan soal pelambatan itu sekalipun tak bisa dihindari! Sebab, masalah utama kita memang bukan soal pertumbuhan atau pelambatannya, melainkan pemerataan hasil-hasil pertumbuhan yang gejalanya justru terjadi ketimpangan pendapatan kian parah! Petunjuk nyata untuk itu bisa dilihat, bersamaan peningkatan pendapatan per kapita kita tembus di atas 3.000 dolar AS, indeks pembangunan manusia (IPM) 2011 justru merosot 16 tingkat, dari peringkat 108 jadi 124!"
"Tepatnya, kita punya masalah khas sendiri terkait penderitaan rakyat yang kondisinya jauh lebih buruk dari rakyat Eropa maupun AS yang terlanda krisis utang negara!" timpal Amir. "Oleh karena itu, tidak pada tempatnya kita berbangga dengan kemampuan kita bertahan dari dampak krisis utang negara Eropa dan AS, juga dengan besarnya cadangan devisa maupun kokohnya fundamental ekonomi yang nyatanya cuma mempertajam kesenjangan pendapatan dengan konsekuensi tambah pedihnya penderitaan mayoritas rakyat!"
"Di antara penyebabnya, karena banyak program yang tak dijalankan semestinya!" tegas Umar. "Transmigrasi sebagai pelaksanaan land reform perintah UU No. 5/1960, lebih mencolok sebagai bancakan proyek! Kredit mikro, pelaksanaan credit-reform untuk lapisan sosial terbawah, kalah dari kredit tanpa agunan (KTA) bank-bank besar ke lapisan kelas menengah! Apalagi program KB tak lagi dikelola standar, makin miskin makin banyak anak, makin besar pula skala penderitaan yang tak mampu diatasi negara—fasilitas kesehatan, pendidikan, listrik, air bersih, dan lain-lain !" ***
0 komentar:
Posting Komentar