"DALAM episoda otak-atik harga BBM bersubsidi di APBNP 2012, antagonisme—pertentangan akibat perbedaan—antara kelompok kaya dan miskin dalam masyarakat bangsa kita dipertajam justru oleh pemerintah!" ujar Umar.
"Aneka pemilahan dilakukan, mulai pemilik mobil tahun muda versus tahun tua, pemakai mobil pelat hitam versus pelat kuning dan motor, terakhir pemilik kendaraan 1.300 cc ke atas versus 1.300 cc ke bawah!"
"Tujuan terselubung penajaman antagonisme itu bisa ditebak, untuk menciptakan kesan lebih kuat tentang kedermawanan pemerintah pada kaum miskin yang jumlahnya kini 30% dari penduduk!" timpal Amir. "Dengan Pemilu 2009, angka 20% saja bisa memenangkan pemilu, jelas dengan angka 30% itu lebih mantap lagi!"
"Dengan penajaman antagonisme, yang membuat warga miskin lebih sadar keberadaan dan posisi sosialnya hingga menyulut lebih marak sikap iri-bencinya pada orang kaya, membuat perhatian pemerintah kepada mereka dalam bentuk apa pun—apalagi yang konkret seperti BLT (bantuan langsung tunai)—bisa membuat mereka amat terkesan!" tegas Umar.
"Dengan kecenderungan demikian, celakanya, untuk memperpanjang dan melestarikan kekuasaan, bukan keberhasilan mengurangi jumlah warga miskin yang harus diwujudkan, melainkan justru harus diusahakan untuk terus memperpanjang barisan antrean warga miskin setiap pembagian BLT!"
"Perpanjangan barisan antre warga miskin itu bisa dilihat lewat jumlah dana BLT (kini BLSM) yang disiapkan, menjelang Pemilu 2009 sebesar Rp21,5 triliun, pada APBN-P 2012 jadi Rp26,5 triliun!" timpal Amir.
"Usaha memperbanyak jumlah warga miskin itu tak terlalu sulit! Cukup dengan menaikkan harga BBM, jumlah orang miskin baru bahkan bisa lebih besar dari yang diperkirakan! Untuk itu, jika kebijakan menaikkan harga BBM masih terkendala waktu oleh proses politik, harus dicari cara lain yang bisa lebih cepat dan ekses pemiskinan massalnya juga bisa lebih fatal, seperti pembatasan kendaraan 1.300 cc ke atas wajib pakai pertamax—yang digesa berlaku mulai 1 Mei, bersamaan dengan berlakunya tarif baru angkutan umum yang secara nasional dinaikkan pemerintah 19%!" "Penajaman antagonisme kaya-miskin sebenarnya hanya meniru penjajah dengan devide et impera (pecah belah lalu kuasai), dipadu pemiskinan massal membuat ketergantungan warga miskin pada bantuan pemerintah!" tegas Umar. "Makin banyak orang miskin tergantung pada bantuan pemerintah, kian mapan-lestari kekuasaan!" ***
"Usaha memperbanyak jumlah warga miskin itu tak terlalu sulit! Cukup dengan menaikkan harga BBM, jumlah orang miskin baru bahkan bisa lebih besar dari yang diperkirakan! Untuk itu, jika kebijakan menaikkan harga BBM masih terkendala waktu oleh proses politik, harus dicari cara lain yang bisa lebih cepat dan ekses pemiskinan massalnya juga bisa lebih fatal, seperti pembatasan kendaraan 1.300 cc ke atas wajib pakai pertamax—yang digesa berlaku mulai 1 Mei, bersamaan dengan berlakunya tarif baru angkutan umum yang secara nasional dinaikkan pemerintah 19%!" "Penajaman antagonisme kaya-miskin sebenarnya hanya meniru penjajah dengan devide et impera (pecah belah lalu kuasai), dipadu pemiskinan massal membuat ketergantungan warga miskin pada bantuan pemerintah!" tegas Umar. "Makin banyak orang miskin tergantung pada bantuan pemerintah, kian mapan-lestari kekuasaan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar