"TIGA jenazah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tewas ditembak polisi Malaysia dikembalikan ke Tanah Air dengan jahitan pada sepasang mata mereka, dada kiri dan kanan, serta di sekitar ulu hati hingga bawah perut!" ujar Umar. "Ketiga TKI malang yang diberondong peluru atas tuduhan merampok itu, Abdul Kadir Jaelani, Herman, dan Mad Noor, diduga koordinator Migran Care, Anis Hidayah, merupakan korban jual beli organ tubuh! Nasib sama dialami Asti Wardiati (1992), TKI di Malaysia asal Jawa Tengah! Setelah autopsi, isi perut Asti yang terjahit cuma kantong plastik!"
"Harga jual organ tubuh manusia di pasar gelap menurut dunia-produksi.com mengutip Gizmodo.com cukup menggiurkan!" sambut Amir. "Hati Rp1,4 miliar, jantung Rp1,1 miliar, ginjal Rp2,4 miliar! Setiap organ dan bagian tubuh ada tarifnya, seperti kulit Rp91 ribu per inci persegi!"
"Betapa biadab kalau benar membunuh orang hanya untuk mengambil organ tubuh korbannya guna dijual dengan harga aduhai!" tukas Umar. "Karena itu, pemerintah kita harus tegas dalam hubungan dengan pemerintah asing guna melindungi segenap warga negara kita dari perbuatan tak berperikemanusiaan itu! Hanya dengan ketegasan pemerintah dalam melindungi warga kita di luar negeri, agar tak terlalu mudah dikriminalisasi dengan berbagai alasan, jutaan TKI kita yang berserak di muka bumi tak terancam dimangsa kebuasan sesama!"
"Dari pengalaman selama ini, ketegasan cuma ada dalam retorika!" timpal Amir.
"Sedang prakteknya, komunikasi pengelolaan TKI di luar negeri lamban sekali! Contohnya kasus terakhir yang menimpa tiga TKI itu, korban tewas Sabtu 24 Maret, KBRI Malaysia baru tahu Senin 2 April—9 hari kemudian! Urus ini-itu baru pekan lalu jenazah sampai kampung, dan Minggu ini keluarga protes ke Kemenlu karena jenazah tidak utuh lagi! Lalu sikap pemerintah kita cenderung inferior dalam menghadapi pihak asing! Jangankan marah atas perlakuan buruk pada TKI, sebaliknya ibarat kaki kita yang dipijak, malah kita yang minta maaf pada si penginjak! Itulah gaya diplomasi rendah diri pemerintah kita sehingga nasib malang TKI teraniaya selalu berulang dan berulang!" "Itu terlihat dari nasib malang TKI yang dari waktu ke waktu terus semakin buruk!" tegas Umar. "Karena itu, percuma membulatkan tekad nasib malang tiga TKI yang organ jenazahnya kopong itu menjadi nasib malang terakhir yang menimpa TKI di Malaysia! Sebab, kalau gaya penanganan TKI begitu terus, justru lebih rasional bertanya, siapa korban baru yang menyusul?" ***
"Sedang prakteknya, komunikasi pengelolaan TKI di luar negeri lamban sekali! Contohnya kasus terakhir yang menimpa tiga TKI itu, korban tewas Sabtu 24 Maret, KBRI Malaysia baru tahu Senin 2 April—9 hari kemudian! Urus ini-itu baru pekan lalu jenazah sampai kampung, dan Minggu ini keluarga protes ke Kemenlu karena jenazah tidak utuh lagi! Lalu sikap pemerintah kita cenderung inferior dalam menghadapi pihak asing! Jangankan marah atas perlakuan buruk pada TKI, sebaliknya ibarat kaki kita yang dipijak, malah kita yang minta maaf pada si penginjak! Itulah gaya diplomasi rendah diri pemerintah kita sehingga nasib malang TKI teraniaya selalu berulang dan berulang!" "Itu terlihat dari nasib malang TKI yang dari waktu ke waktu terus semakin buruk!" tegas Umar. "Karena itu, percuma membulatkan tekad nasib malang tiga TKI yang organ jenazahnya kopong itu menjadi nasib malang terakhir yang menimpa TKI di Malaysia! Sebab, kalau gaya penanganan TKI begitu terus, justru lebih rasional bertanya, siapa korban baru yang menyusul?" ***
0 komentar:
Posting Komentar