Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Politikusisasi Sepak Bola!

"KETIKA politik jadi panglima, apa pun dipolitisasi! Tanpa kecuali sepak bola, tim nasional sebagai kebanggaan bangsa juga diserahkan ke tangan politikus—hingga jadilah politikusisasi!" ujar Umar. "Itulah jadinya dengan PSSI menunjuk Ramadhan Pohan, anggota DPR wakil sekjen Partai Demkrat, sebagai manajer tim nasional! Sandaran pada kekuasaan tampak lebih diutamakan daripada profesionalisme dalam sepak bola!" "Masih kurang jelas proses apa yang sebenarnya terjadi di balik keputusan PSSI menunjuk Pohan itu!" sambut Amir. "Menurut logika, tak mungkin Prof. Dr. Djohar Arifin sang ketua umum PSSI membuat sensasi murahan, apalagi cari political benefit lewat cara itu! Kecuali, ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat Limbong, petinggi PSSI, harus kampanye Ramadhan Pohan tokoh yang mumpuni, mampu-memimpin timnas PSSI! Bahkan di Medan, seorang penonton Metro TV menyebut Ramadhan berpengalaman memimpin sebuah klub amatir di Pacitan—mungkin akibat tak dikenal hingga susah dicari nama politisi itu dalam kamus persepakbolaan Sumut!" 

"Kondisi itu bisa jadi juga buah politisasi, berupa ketidaktegasan pemerintah berpihak dalam krisis dualisme PSSI sehingga kubu Djohar yang secara formal diakui FIFA merasa perlu mencari cantolan ke pemerintah!" timpal Umar. "Untuk itu tak ada yang lebih efektif dari tokoh partai berkuasa sebagai cantolannya! Cantolan itu tentu juga yang bisa menjamin tetap terjaganya saluran dana PSSI dari APBN, maka pilihan paling tepat jatuh pada anggota DPR dari partai berkuasa!" "Jika benar akibat kondisi ketidaktegasan sikap pemerintah dalam dualisme kepemimpinan PSSI itu sebagai pendorong pilihan itu sehingga faktor politik lebih dominan sebagai dasar pertimbangan ketimbang profesionalisme, PSSI pun telah berubah menjadi ormas onderbouw dari partai berkuasa!" tegas Amir. 

"Sebagai ormas itu, meski tanpa kartu anggota, PSSI punya massa fanatik penggila sepak bola yang tak kepalang banyaknya di seantero negeri! Karena itu, jika sang politikus bernasib baik, dengan kalah-menang dalam sepak bola 51% ditentukan faktor luck—keberuntungan, partainya yang akan mendulang benefit dukungan suara massa fanatik PSSI!" "Sebaliknya kalau nasib sial PSSI belum berakhir, partainya juga kebagian ekses negatifnya!" timpal Umar. "Demikianlah kalau kepemimpinan timnas sepak bola tinggal semata bergantung pada faktor keberuntungan dengan meninggalkan secara terbuka profesionalisme! Masa depan sepak bola kita pun lebih tergantung pada doa bangsa!" ***

0 komentar: