"MASA panen raya tiba! Di berbagai jurusan jalan utama Provinsi Lampung yang membelah bentangan sawah, merebak keceriaan para petani menyabit tanaman padi memanen sawahnya!" ujar Umar. "Para petani Lampung ceria karena harga gabahnya tak jatuh sekalipun di masa panen raya! Harga beras asalan di pasar masih Rp7.500/kg, padahal beras hasil panen mereka berkualitas lebih tinggi dari beras asalan!"
"Harga Rp7.500/kg beras asalan itu bahkan masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang sejak 1 Maret 2012 dinaikkan menjadi Rp6.600, dari harga sebelumnya Rp5.060," timpal Amir. "Meskipun belum menyentuh HPP dan harga beras asalan, beras kelas atas produksi petani Lampung sejak awal musim panen medio Maret turun 0,35% dari bulan sebelumnya. Itu terlihat pada nilai tukar petani (NTP) Lampung yang untuk subsektor padi dan palawija 133,69 dari NTP gabungan semua komoditas Maret 2012 tercatat 124,34!"
"NTP subsektor padi dan palawija Lampung itu bukan hanya menunjukkan petani Lampung mendapat harga beras ideal di masa panen, malah mereka juga mendapatkan harga tertinggi secara nasional!" tegas Umar. "Itu sungguh luar biasa! Tapi layak diingat, harga terbaik di pasar lokal daerahnya itu tak sepenuhnya dinikmati petani karena jalan dari lahan produksi ke pasar lokal itu umumnya rusak parah hingga ongkos angkutnya jadi relatif mahal mereduksi nilai hasil panennya! Belum lagi infrastruktur pertanian seperti fasilitas irigasi yang banyak rusak, membuat petani harus melakukan upaya ekstra berbiaya khusus lagi!"
"Semua itu mengurangi penerimaan hasil panen petani!" timpal Amir.
"Andai saja, pemerintah dari kabupaten, provinsi, dan pusat serius memperhatikan infrastruktur desa, jalan, irigasi, dan fasilitas penyangga seperti bendung dan embung untuk menyimpan air hujan sehingga di musim kemarau petani tetap bisa bertanam, kesejahteraan petani mungkin bisa lebih baik dari sekarang, yang secara nasional indeks pembangunan manusia (IPM)-nya di peringkat 143 dari 187 negara yang didata—artinya IPM Indonesia masuk kelompok papan bawah, setara negara-negara miskin!" "Lebih ironis lagi dengan capaian NTP yang baik di subsektor padi dan palawija, bahkan juga pada tanaman perkebunan rakyat NTP-nya tercatat 127,15, tapi IPM Lampung ternyata paling rendah se-Sumatera!" tegas Umar. "Karena itu, perlu dicari penyebab dan jalan keluarnya, kenapa perolehan harga tertinggi panenan petani Lampung tidak meningkatkan indeks kualitas manusianya?" ***
"Andai saja, pemerintah dari kabupaten, provinsi, dan pusat serius memperhatikan infrastruktur desa, jalan, irigasi, dan fasilitas penyangga seperti bendung dan embung untuk menyimpan air hujan sehingga di musim kemarau petani tetap bisa bertanam, kesejahteraan petani mungkin bisa lebih baik dari sekarang, yang secara nasional indeks pembangunan manusia (IPM)-nya di peringkat 143 dari 187 negara yang didata—artinya IPM Indonesia masuk kelompok papan bawah, setara negara-negara miskin!" "Lebih ironis lagi dengan capaian NTP yang baik di subsektor padi dan palawija, bahkan juga pada tanaman perkebunan rakyat NTP-nya tercatat 127,15, tapi IPM Lampung ternyata paling rendah se-Sumatera!" tegas Umar. "Karena itu, perlu dicari penyebab dan jalan keluarnya, kenapa perolehan harga tertinggi panenan petani Lampung tidak meningkatkan indeks kualitas manusianya?" ***
0 komentar:
Posting Komentar