"HASIL Pilgub Jakarta yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) mencerminkan vox populi vox Dei—suara rakyat suara Tuhan!" ujar Umar. "Kemenangan rakyat Jakarta itu disebut suara Tuhan, karena dengan itu sebuah rezim yang zalim kepada fakir miskin dan anak-anak telantar dengan ancaman hukuman denda dan kurungan badan jika cari makan di tempat paling mungkin mereka dapatkan! Penggantinya, Jokowi, di Solo terkenal pengasih dan penyayang pada wong umumnya!"
"Itulah salah satu arti penting kemenangan rakyat Jakarta!" timpal Amir. "Tuhan telah unjuk kuasa-Nya atas orang-orang sombong dengan gagasan kemuliaan duniawinya menista kaum duafa fakir dan anak telantar! Bahkan warga mampu yang menolong mereka pun, dengan mengulurkan bantuan seikhlasnya, diancam hukuman denda dan kurungan badan!"
"Namun, begitu pasangan Jokowi-Ahok dilantik nantinya, muncul masalah baru dengan arti kehadiran Jokowi bagi wong cilik di Jakarta itu!" tegas Umar. "Gagasan Jokowi tentang perbaikan perlakuan terhadap kaum duafa dan wong cilik diperkirakan tak mulus proses politiknya, karena PDIP dan Gerindra—pengusung Jokowi—di DPRD DKI tak sampai seperempatnya! Selebihnya kekuatan status quo yang justru menjadi inti rezim menzalimi kaum duafa dan wong cilik!"
"Usaha menjebol tembok status quo itu pasti tak mudah!" timpal Amir.
"Tapi Jokowi yang gemulai pasti takkan menabrak faktor kesulitan utama itu! Ia justru memilih jalan yang cocok dengan kepribadian dirinya, yaitu interaksi langsung dengan menyambangi kaum duafa dan wong cilik! Cara itu yang dia lakukan di Solo! Sehingga, dia tak bersinggungan dengan mereka yang angkuh nongkrong di kekuasaan status quo!"
"Untuk mengawali hubungannya dengan DPRD, Jokowi bisa masuk lewat proses anggaran di mana kepentingan anggota legislatif cukup besar hingga membuka peluang Jokowi menentukan posisi dalam bargaining—tawar-menawar!" tegas Umar. "Dalam tawar-menawar itu Jokowi bisa di atas angin, karena dia bukan memainkan kepentingan pribadinya, melainkan kepentingan duafa dan wong cilik! Menghadapi itu politisi DKI bisa serbasalah! Sikap antiduafa mereka pelan-pelan akan berubah!" ***
0 komentar:
Posting Komentar