"SALUT pada 1.700 penari dan para koreografer Riau yang berhasil menyapu bersih kesan negatif PON XVIII akibat persiapannya dikotori politisi DPRD Provinsi setempat dengan kasus korupsi, lewat rangkaian sajian tari yang memukau dalam upacara pembukaan pesta olahraga terakbar di Tanah Air itu!" ujar Umar. "Dari situ tersimpul: ketika politik mengotori, seni membersihkan!"
"Sajian pentas seni kolosal itu dikemas dalam filosofi budaya air yang menghidupkan!" sambut Amir. "Dengan itu sajian seninya beyond—melampaui—harapan pemerintah menjadikan PON ini sebagai pemersatu bangsa! Karena dasar budaya air yang menghidupkan itu realitas, air di muka bumi ini apa pun yang terjadi volumenya konstan, tetap sebegitu meski bentuk dan esensinya berubah-ubah, dari uap sampai salju!"
"Pemerintah memang lagi demam persatuan bangsa sebagai reaksi maraknya konflik sosial berlatar SARA, khususnya sektarian!" tukas Umar. "Betul, olahraga punya fungsi perekat kehidupan berbangsa! Namun, itu didasari sportivitas dan disiplin yang teruji dengan pengawasan ketat dan berlapis! Sportivitas dan disiplin itulah yang masih lemah dalam masyarakat kita, termasuk dalam birokrasi pemerintah!"
"Untuk itu, agar harapan PON sebagai pemersatu tak cuma slogan, sportivitas dengan pengawasan berlapis itu harus diaplikasikan dalam masyarakat maupun birokrasi!" timpal Amir. "Seperti di lapangan bola ada wasit, diawasi komisi pertandingan! Pada olahraga bela diri, selain wasit yang memimpin langsung pertandingan, ada sejumlah juri yang menilai, lalu ada lagi komisi dewan mahaguru!"
"Dalam masyarakat tentu rumit pengawasan sosial dan formal dari penegak hukum!" sambut Umar. "Tapi dalam birokrasi yang ada pengawasan internal dan eksternal pun, prakteknya masih sulit mewujudkan sportivitas dan disiplin sebaik diharapkan!"
"Semua itu harus kembali ke seni, utamanya tari, setiap penari taat pada koreografi yang ditetapkan dengan ketepatan gerak dan temponya!" timpal Amir. "Jika masyarakat dan birokrasi bisa mengaplikasi indahnya seni dengan harmoni gerak dan nadanya, bangsa bisa mengatasi kelemahan sportivitas dan disiplin hingga seperti gelar seni PON, bisa mengeliminasi kelemahan persiapan ulah politisi!" ***
0 komentar:
Posting Komentar