"AKIBAT terlalu lambat dan bertele-tele dalam mengambil keputusan menaikkan harga BBM subsidi, gonta-ganti rencana sampai antrean di SPBU seantero negeri menghambat distribusi, malah angkutan umum di Jawa Tengah mogok operasi, inflasi tahunan April mencapai 5,57%!" ujar Umar. "Menurut Wakil Menteri Keuangan Mahendra Suregar, kondisi itu diperparah permasalahan tata niaga bahan pangan yang tak kunjung diselesaikan!" (Kompas, 4-5).
"Kisruh tata niaga daging sapi dan bawang di pasar belum diselesaikan oleh pemerintah, meski sudah jelas kedua komoditi itu jatuh ke tangan kartel!" timpal Amir. "Tanpa peduli, penyimpangan hukum kasusnya telah diproses Komisi Pemberantasan Korupsi--KPK (untuk daging) dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha--KPPU (untuk bawang). Tapi, pemerintah membiarkan terus akibat buruknya di pasar!"
"Selalu terlamabatnya mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah itu dikaji lembaga pemeringkat utang Standard & Poor (S&P) yang hari Kamis merelis hasilnya, Indonesia menyia-nyiakan momentum reformasi ekonomi! Potensi memperbaiki peringkat utang 12 bulan ke depan lewat begitu saja!" tegas Umar.
"Ujungnya, S&P merevisi proyeksi ekonomi atas Indonesia dari positif turun menjadi stabil!!"
"Lalu, apa tidak bisa dipercepat pembuatan keputusan menurunkan subsidi BBM di APBN dengan menaikkan harga BBM bersubsidi, yang hingga hari terakhir belum dipastikan harga yang baru!" timpal Amir. "Padahal, secara psikologis berita soal kenaikan harga BBM itu sudah berpengaruh di pasar, diperkuat antrean solar yang menyengsarakan sopir truk!"
"Semua kerepotan itu memang diayun-ayun sedemikian, bahkan mungkin agar penderitaan yang diakibatkan aspek psikologis itu benar-benar terasa pedih sengatannya, sehingga usulan untuk memberikan kompensasi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) tak bisa ditolak DPR!" tukas Umar. "Setelah BLSM disetujui DPR, berapa lama itu dan betapa buruk akibatnya itu pada perekonomian, barulah kenaikan harga BBM dilakukan!"
"Artinya penaikan harga BBM dan kepastian besarnya kenaikan baru akan dilakukan setelah kepastian benefit politik dari kenaikan harga BBM itu diperoleh penguasa?" kejar Amir. "Sudah gaharu cendana pula!" jawab Umar. "Sudah tahu bertanya pula!" ***
0 komentar:
Posting Komentar