Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Membangun Karakter Bangsa!

MARAKNYA korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), amuk massa, sampai kejahatan seks terhadap anak-anak di negeri kita, penyebabnya disebut lemahnya karakter bangsa!" ujar Umar. "Untuk itu, Yudi Latif dalam orasi ilmiah di Universitas Pancasila Jakarta, menyatakan perlu membangun karakter bangsa yang berdasar nilai-nilai Pancasila!" (Kompas, 3-5) "Masalah pembangunan karakter bangsa sudah ditekankan Bung Karno lewat pidato semasa berkuasa!" sambut Amir. 

"Pada era Orde Baru bahkan ada Ketetapan MPR tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) yang dijabarkan dalam 36 butir nilai Pancasila, ditanamkan lewat penataran P4 dari tingkat pusat sampai desa! Tapi setelah 20 tahun berjalan (1978-1998), pembangunan karakter bangsa lewat P4 tak menghasilkan perubahan watak yang sifnifikan!"

"Itu membuktikan membangun karakter bangsa tak cukup 20 tahun!" tegas Umar. "Jadi, meski 36 butir nilai Pancasila untuk ekspresi sikap dan perilaku setiap warga itu cukup baik, proses penanamannya perlu waktu! Di lain sisi, penataran dan sosialisasi saja tak cukup tanpa ada contoh perilaku dari para pemimpin!" "Contoh sikap dan perilaku para pemimpin itu yang lemah di era Orde Baru, bahkan kayaknya lebih buruk lagi di era reformasi!" timpal Amir. 

"Untuk itu, muncul usaha memandu perubahan sikap para pemimpin lewat program ESQ--Emotion, Spiritual Quotiens--yang dilakukan di tempat yang cocok buat elite, seperti Jakarta Convention Center! ESQ menanamkan nilai-nilai Islami--tentu sejalan dengan nilai-nilai Pancasila--lewat sistematika penalaran dan teknik penyampaian yang modern!" 

"Tapi tetap butuh waktu minimal satu generasi sehingga program ESQ menjadwalkan zaman emas tercapai 2050!" sela Umar. "Itu pun tentu kalau program ESQ berjalan konsisten!" "Program ekstra membangun watak bangsa itu--P4 ke ESQ--diperlukan akibat pendidikan formal gagal melakukannya! Sektor pendidikan formal masih banyak kelemahan, di antaranya belum bersih KKN!" tukas Amir. 

"Tapi bukan berarti harus dibiarkan terus begitu! Dengan jangkauannya yang komprehensif atas semua generasi muda bangsa, pendidikan formal harus dikembalikan ke jalan yang benar agar mampu mewadahi pembangunan karakter bangsa secara efektif dan tangguh!" ***

0 komentar: