Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pendidikan Minus Skeptisisme!

“SKEPTISISME itu cara berpikir kritis yang selalu menggugat kemapanan, mendorong untuk mencari dan membuktikan kekurangan dan kesalahan suatu dalil, aksioma, sistem, tata kelola, dan sejenisnya, bertujuan memperbaiki, me­ nyempurnakan!” ujar Umar. “Hingga, hanya dengan skepti­ sisme masyarakat berkembang semakin baik, peradaban ber­ gerak maju!” 

“Sebaliknya, tanpa skepti­ sisme, orang hanya pasrah dan nrimo sehingga segala dimensi kehidupan yang memiliki kekurangan bahkan bersala­ han tetap dipakai, jalan terus!”timpal Amir. “Masyarakat seperti itu hidup di jurang ket­ erbelakangan! Karena, menya­ lahi kodratnya agar manusia selalu berusaha memperbaiki (segala dimensinya atas) nasib kaumnya!”

“Lebih buruk lagi ketika justru ngotot untuk memper­ tahankan yang serbasalah itu!” tukas Umar. “Masyarakat yang statis begitu menjadi seperti tumpukan sampah yang lama tak dibongkar, mengalami pembusukan se­ mua dimensinya, bertolak dari moralitasnya yang telah busuk! Korupsi merasuk ke sumsum masyarakat—bidang agama, peradilan, politik, dan pendidikan—penentu masa depan!” “Tapi pendidikan bukan cuma korbanatauakibat!”timpalAmir. 

“Justru menjadi penyebab utama semua itu, karena pendidikan di jalanan minus skeptisisme! Aki­ batnya, sejak kecil anak sudah dibawa terbiasa hidup dalam cara yang serbasalah dan serba­ korup! Tak ayal, jadilah mereka generasi fatalis—serbapasrah dan nrimo—tanpa kecuali itu menyalahi kodratnya agar ma­ nusia selalu berusaha mem­ perbaiki (segalanya atas) nasib kaumnya!” 

 “Inti masalahnya, karena ber­ beda dari zaman cantrik pen­ didikan ditentukan begawan, kini ditentukan para birokrat yang menjadikan pendidikan sebatas proyek, dari proyek UN berskala nasional hingga proyek BOS di tingkat sekolah!” tegas Umar. 

“Di negara yang oleh para Bapak Pendirinya diarahkan mencapai keadilan, UN yang telah terbukti tak adil bagi murid di pelosok karena minim fasilitas belajar, sebagai proyek tetap dipaksakan— bukan pemerataan fasilitas yang diprioritaskan!” 

 “Di tingkat lokal, catatan kepala dinas kota di buku liar yang oleh bersangkutan dinyatakan palsu tetap dipak­ sakan dibeli kepala sekolah!” timpal Amir. “Apa jadinya masa depan kaum muda jika sejak anak­anak dibiasakan dengan kepalsuan oleh kepala sekolahnya?” ***

0 komentar: