"SETELAH Selasa malam menaikkan suku bunga fasilitas simpanan (Fasbi) 25 basis poin dari 4% menjadi 4,25%, Bank Indonesia (BI) pada Kamis 13-6 menaikkan BI rate (suku bunga acuan) 25 basis poin dari 5,75% jadi 6%!" ujar Umar.
"Langkah dua kali berturut menaikkan suku bunga dalam kepemimpinan Gubernur BI Agus Martowardojo menengarai berakhirnya rezim suku bunga rendah bersama perginya Darmin Nasution setelah empat tahun memimpin BI."
"Pantas dicatat, saat peralihan BI ke tangan Darmin 2008, BI rate 9,25%!" timpal Amir. "Darmin menurunkan BI rate sebanyak delapan kali hingga 5,75%--rate terakhir ini telah bertahan lebih satu tahun! Selama Darmin memimpin BI hanya sekali menaikkan BI rate 25 basis poin pada awal 2011 untuk menekan ekspektasi yang tinggi akibat kenaikan harga komoditas!" (detikFinance, 13-6)
"Keputusan menaikkan BI rate dengan alasan ekspektasi inflasi itu bersamaan dengan hari kepastian dari DPR segera diberlakukannya kenaikan harga BBM subsidi!" tegas Umar. "Berarti, suku bunga bank akan merayap naik bersamaan dengan naiknya harga barang-barang yang terkatrol kenaikan harga BBM! Konsekuensinya, beban masyarakat serta-merta meningkat, dari naiknya harga kebutuhan hidup sampai kewajiban membayar bunga bank, khususnya yang ditanggung korporat!"
"Dampak seperti itulah yang sudah diprediksi banyak pihak hingga menolak kenaikan harga BBM saat ini!" tukas Amir. "Kebijakan BI yang diambil secara pre-emptive—sebelum biang masalah (kenaikan harga BBM) yang diantisipasi dampaknya terjadi—itu justru bisa dipahami, karena BI berkewajiban memelihara kestabilan makroekonomi dan sistem moneter di tengah gejolak pasar keuangan global!"
"Artinya, memang ada harga yang harus dibayar BI atas ekspektasi inflasi dari kebijakan menaikkan harga BBM di tengah ketidakpastian sistem keuangan global itu!" timpal Umar. "Itu belum klop! Karena di sisi lain, BI sendiri masih menghadapi tekanan melemahnya rupiah akibat defisit perdagangan, penghasilan devisa ekspor tak cukup untuk menutupi kebutuhan devisa impor! BI harus intervensi—menggrujuk dolar dari cadangan devisa ke pasar! BI terjepit kebijakan yang tak tepat waktu—terpaksa mengakhiri rezim suku bunga rendah!" ***
0 komentar:
Posting Komentar