"LEMBAGA periset global Goldman Sachs, Senin, dikutip analis Briefing.com, Patrick O'Hare telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini dari 7,8% menjadi 7,4%!" ujar Umar.
"Berita itu nyambung dengan penolakan bank sentral dan Pemerintah China untuk menyuntik dana ke pasar finansial membantu perbankan negerinya yang mengalami krisis kekeringan likuiditas!" (Kompas.com, 24-6)
"Paduan gejala negatif itu memukul telak bursa Shanghai yang indeksnya hari itu ditutup anjlok 5,3%!" timpal Amir. "Dampak krisis likuiditas bank China menebar kekhawatiran ke seantero dunia, bursa Asia dan Eropa rontok hari itu—IHSG turun 1,51% pada 4.471,18!"
"Gelombang kekhawatiran terhadap goyahnya ekonomi China, andalan emerging market tak kecuali melanda Wall Street, yang 5 menit bursa dibuka langsung anjlok 0,90% pada Dow Jones, lalu 1,22% pada S&P 500, serta 1,16% pada Nasdaq!" tukas Umar.
"Itu sejajar dengan pelemahan indeks FTSE 100 London 1,9%, indeks DAX Jerman turun 1,2%, dan indeks CAC 40 Prancis melemah 1,9%! Di Asia, Hang Seng Hong Kong rontok 2,22%, Nikkei Jepang 1,26%, dan Kospi Korea 1,31%!" "Dari fakta itu tampak betapa kekhawatiran menyelimuti dunia atas kondisi di China yang baru tersingkap itu!" tegas Amir.
"Kekeringan likuiditas bank-bank di China itu mungkin mirip di Indonesia 1997. Jadi, kalau bank sentral atau pemerintah menyuntikkan dana, bisa-bisa mengulang sejarah kelam BLBI di Indonesia! Tapi kalau tak disuntik, pembayaran pelaku bisnis China ke mitranya di seantero dunia bisa tersendat! Karena itu, dunia merespons negatif krisis kekeringan likuiditas perbankan China!"
"Lalu kalau pasar sejagat begitu heboh, kenapa bank sentral dan Pemerintah China tak mau menyuntik dana?" kejar Umar. "Karena kekeringan likuiditas cermin efektifnya berproduksi setiap yuan di tangan bankir!" tegas Amir.
"Tanpa disuntik pun mereka akan dapat dana dari perputaran likuiditas untuk menutupi semua kebutuhan sesuai jadwalnya! Itu keyakinan matematis bank sentral dan Pemerintah China!" "Itu beda China dan kita!" timpal Umar. "China memaksimalkan produktivitas setiap yuannya! Sedang kita justru menumpuk-numpuk uang di bank dan kas negara atau daerah sehingga produktivitas mata uangnya rendah!" ***
0 komentar:
Posting Komentar