"BURUH dan mahasiswa di berbagai kota demo menolak kenaikan harga BBM!" ujar Umar. "Karena, kenaikan harga BBM yang dipaksakan hanya untuk alasan mencapai tujuan politik penguasa lewat penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) itu dampaknya menyengsarakan rakyat luas di luar penerima BLSM--buruh, tani, pegawai rendah, karyawan swasta, pedagang kecil dan selevelnya!"
"Asumsi penolakan buruh dan mahasiswa itu rasional!" sambut Amir.
"Penerima BLSM 15,5 juta keluarga itu lapisan sosial terbawah yang hanya 20% dari penduduk! Lalu ada 15% di lapisan teratas, kelas menengah dan elite! Di antara lapisan terbawah dan teraras itu, ada 65% 'warga congklang'--tak terlalu miskin tapi belum tergolong mampu ekonominya!"
"Warga congklang itu yang paling menderita sebagai korban kenaikan BBM yang dipaksakan sebagai alasan penguasa menyalurkan BLSM--yang justru untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM itu sendiri!" tegas Umar. "Jika harga BBM tak dinaikkan, BLSM tak perlu karena tak ada dampak yang harus diatasi pada warga lapisan terbawah! Kalau dipaksakan, malah warga congklang yang 65% dari penduduk itu jadi korban menanggung dampaknya!"
"Tapi pengalaman dengan 20% suara penerima BLT atau BLSM itu saja bisa menang Pemilu dan mempertahankan kekuasaan, warga congklang yang 65% itu pun selalu dikorbankan sebagai tumbal oleh penguasa demi BLT atau BLSM!" tukas Amir.
"Penolakan buruh dan mahasiswa itu didukung PDIP dan PKS! Untuk itu PKS siap dikeluarkan dari koalisi partai berkuasa!" "Kedua partai berdalih, APBN masih mampu menanggung subsidi BBM, sama halnya dengan penundaan kenaikan harga BBM dua tahun terakhir!" timpal Umar.
"Tapi atas ungkapan kemampuan APBN menanggung subsidi untuk menunda kenaikan harga BBM itu, penguasa berkelit subsidi BBM menyebabkan prosentase defisit APBN dari PDB melewati batas toleransi hingga penurunan subsidi tak bisa ditunda!"
"Negara pun terus berputar dalam 'politik cekak'--jangka pendek--asal penguasa menang Pemilu saja!" tegas Amir. "Tak peduli warga congklang--65% penduduk--selalu jadi tumbal untuk itu dari Pemilu ke Pemilu! Dan negara terus terbelakang karena tujuan dari segala tujuan penguasa hanya menang Pemilu" ***
0 komentar:
Posting Komentar