"SEBANYAK 80% warga miskin di Indonesia tak tersentuh bank!" ujar Umar. "Menurut Peter Van Diemen dari Tim Nasional Percepatan Pengentasan Kemiskinan di forum The 3rd Bank Indonesia International Seminar on Islamic Finance di Bali, Jumat (31-5), kredit bank baru mencakup 17% dari populasi, termasuk 10% di lembaga keuangan mikro!"
"Tak kenal alias tak punya akses ke bank itu jadi satu faktor sulit bangkit dari kemiskinan!" timpal Amir. "Itu ironis dengan publikasi kredit untuk rakyat (KUR), jangan-jangan iklannya lebih besar dari kredit yang disalurkan!"
"Tidaklah setragis itu. Tapi memang masih perlu usaha-usaha khusus agar kredit sebagai capital reform—bersama land reform andalan mengentaskan kemiskinan—itu mencapai sasarannya!" tegas Umar. "Kata Van Diemen, bank konvensional memegang 60,3% kredit yang diajukan usaha kecil dan menengah (UKM). Bank syariah baru menangani 5,4% kredit UKM! Pelayanan bank bagi UKM masih pada menabung, kartu ATM, dan transfer!"
"Itu cerita klasik! Jarak bank dengan warga miskin baik fisik (tempat jauh) dan psikologis (warga miskin melihat bank angker) belum teratasi oleh iklan retoris!" tukas Amir. "Jadi, yang diperlukan bank berjiwa volunter dan filantropis—idealisme awal bank syariah!" "Tapi, perjuangan mewujudkan itu tak mudah! Karena aparat bank syariah justru cenderung menyesuaikan diri pada gaya pegawai bank konvensional!" timpal Umar.
"Itu mengikuti realitas bank syariah yang meski pakai sistem bagi hasil, operasinya mengimbangi bank konvensional demi bertahan hidup! Kedua sayap asalinya, volunter dan filantropis, seperti sayap pesawat tak lagi mengepak, bank dijalankan dengan 'mesin' sama dengan bank konvensional—berburu nasabah potensial!" "Berarti, prioritas usaha untuk mengentaskan kemiskinan adalah mengepakkan sayap volunter dan filantropis bank syariah!" tegas Amir.
"Sayap volunter bank syariah baitul mal wat tamwil (BMT) yang jika ditangani efektif, seperti BMT Muhammadiyah di Pasar Sukarame, Bandar Lampung, putaran dananya lebih Rp20 miliar! Sayap kedua volunter, LSM bina warga, belum tumbuh memadai! Jadi, untuk membuka akses bank warga miskin, ada yang tinggal poles (BMT), ada yang harus ditumbuhkan—LSM bina warga! Selain aparat bank syariah, harus lebih akrab dengan warga miskin!"
0 komentar:
Posting Komentar