"WIBAWA pemerintah dipertaruhkan lewat aneka rencana penertiban perambah Register 45, Mesuji, yang selama ini selalu kandas sebatas wacana!" ujar Umar. "Tak kepalang, rencana penertiban itu ada yang disiapkan di kantor Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) bahkan sebagai realisasi hasil kerja Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk Presiden! Tapi, karena cuma wacana, jumlah perambah di Register 45 justru bertambah lipat ganda sejak era TGPF!"
"Karena itu, ultimatum Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. kepada perambah agar dengan kesadaran sendiri meninggalkan areal Register 45 sebelum ditertibkan tanpa toleransi, pelaksanaannya menjadi kunci pemulihan wibawa pemerintah di situ!" timpal Amir. "Betapa wibawa pemerintah di kawasan itu sudah di titik nadir! Polres Tulangbawang telah bertekuk lutut pada massa perambah dengan membebaskan pencuri karet dari tahanan!"
"Kelompok tertentu juga sudah seenaknya memperjualbelikan tanah negara di register itu hingga Rp8 juta per hektare!" tegas Umar. "Itu menyulut konflik di kalangan perambah karena kutipan dari kelompok yang merasa kuat merajalela dari terkait hak garap tanah sampai pemalakan lalu lintas hasil panen! Kawasan Register 45 memang telah menjadi negeri tak bertuan, seolah berada di luar sistem hukum pemerintahan Indonesia!"
"Untuk itu, ultimatum Gubernur Sjachroedin Z.P. yang juga menyebutkan dana buat penertiban itu telah tersedia bisa menjadi titik balik bagi memulihkan wibawa pemerintah di kawasan Register 45!" tukas Amir. "Sebaliknya, kalau ultimatum itu akhirnya juga cuma wacana, apa pun alasan dan pertimbangannya, wibawa pemerintah memang telah menjadi barang langka di kawasan Register 45!"
"Lebih buruk lagi, dengan begitu kemampuan pemerintah menyelesaikan masalah terbukti memang jeblok!" timpal Umar. "Menertibkan perambah yang sederhana saja tak mampu, tanpa kecuali Presiden sempat membentuk TGPF dan Gubernur mengeluarkan ultimatum! Dengan itu, bagaimana mau diharapkan bisa menyelesaikan masalah besar yang jauh lebih rumit dan canggih? Penilaian begitu berdasarkan kenyataan—jika ultimatum terakhir itu ternyata juga cuma wacana!" ***
0 komentar:
Posting Komentar