"PRODUK domestik bruto (PDB) Indonesia yang sejak Mei 2014, masuk 10 besar dunia, ternyata PDB per kapitanya terjebak ironi ganda!" ujar Umar. "Ironi pertama, meskipun masuk 10 besar dunia tidak mampu menaikkan peringkat PDB per kapitanya dari 105 dunia (Bank Dunia, peringkat 120 IMF)! Ironi kedua, PDB 2013, yang menjadi dasar masuk 10 besar dunia itu, menurut data BPS per kapitanya 3.499,9 dolar AS, ternyata turun atau lebih kecil dari PDB per kapita 2012 sebesar 3.583,2 dolar AS, bahkan dari 2011 sebesar 3.525,2 dolar AS!" (Kompas.com, 15/5)
"Memang tidak semua negara yang masuk ekonomi 10 besar dunia peringkat PDB per kapitanya tinggi!" timpal Amir. "Dari 10 besar dunia AS, Tiongkok, India, Jepang, Jerman, Rusia, Brasil, Prancis, Inggris, dan Indonesia, empat negara peringkat PDB per kapitanya rendah, yakni India, Indonesia, Tiongkok, dan Brasil!"
"Peringkat PDB per kapita versi Bank Dunia terakhir, dari 177 negara, Brasil peringkat 66 dengan 9.570 dolar AS, Tiongkok peringkat 90 dengan 5.345 dolar AS, dan India peringkat 115 dengan 2.753 dolar AS!" tukas Umar. "Itu menunjukkan, di luar negara maju, negara emerging forces PDB-nya besar umumnya karena ditopang oleh konsumsi penduduknya yang besar, Tiongkok 1,3 miliar jiwa, India 1 miliar jiwa, Indonesia 250 juta jiwa, dan Brasil 201 juta jiwa!"
"Besarnya jumlah penduduk cenderung menjadi penyebab berkurangnya tingkat kemakmuran individu warga diukur lewat pendapatan per kapita!" tegas Amir. "Bukti untuk itu, 10 negara yang PDB per kapita tertinggi terdiri dari negara berpenduduk relatif kecil, kecuali AS! Yakni, 1. Qatar, PDB perkapita 98.814 dolar AS, penduduk asli negerinya 280 ribu jiwa! 2. Luksemburg, 78.670 dolar AS, 537.853 jiwa! 3. Singapura 64.584 dolar AS, 5,3 juta jiwa. 4. Norwegia 54.947 dolar AS, 5. Brunei 53.431 dolar AS. 6. AS 53.101 dolar AS makmur dengan penduduk 350 juta. 7. Swiss 46.430 dolar AS. 8. San Marino 44.480 dolar AS, 32,000 jiwa. 9. Kanada 43.427 dolar AS. 10. Australia 43,073 dolar AS!"
"Tentu saja, PDB masuk 10 besar dunia berkat sumbangan sektor konsumsi dari jumlah penduduk yang besar itu tetap harus disyukuri!" timpal Amir. "Betapa kalau jumlah penduduknya besar, tetapi konsumsinya kecil, kehidupan rakyatnya pasti jauh lebih menderita lagi!"
"Masalah selanjutnya bagaimana negara-negara berpenduduk besar itu mendorong sektor produksi menjadi penyumbang utama PDB!" tegas Amir. "Untuk itu, perlu langkah nyata, bukan lagi cuma retorika demi pencitraan penguasa belaka!" ***
0 komentar:
Posting Komentar