"DALAM debat capres Senin (9/6) Jokowi menyatakan faktor terpenting dalam demokrasi adalah kemampuan pemimpin mendengar suara rakyat, mengartikulasi itu untuk solusi masalahnya sehingga memjadi maslahat bagi masyarakat yang lebih luas!" ujar Umar.
"Menurut Jokowi itulah yang dia lakukan dengan blusukan ke kawasan kumuh, bantaran kali, pasar tradisional dan lainya, untuk mendengar langsung suara rakyat, baik keluhannya, masalahnya, maupun harapannya!"
"Blusukan untuk mendengar langsung suara rakyat yang dilakukan Jokowi itu sebenarnya menjalankan konsep akademis agregasi!" timpal Amir.
"Artinya, secara akademis itulah yang 'bener'! Tapi karena sistem politik kita sudah terlalu elitis, suara rakyat sebenarnya dikesampingkan demi memenuhi nafsu kekuasaan para elite yang mengartikulasikan kepentingan elite itu sendiri sebagai kepentingan rakyat!
Akibatnya, agregasi yang 'bener' seperti dijaring Jokowi lewat blusukan itu justru dinilai aneh oleh para politikus!"
"Untuk itu Jokowi betul, membangun demokrasi harus dilakukan di atas fondasi yang benar, yakni suara dan kepentingan rakyat yang sebenarnya, bukan suara dan kepentingan rakyat artifisial yang hanya diklaim sebagai suara rakyat padahal cuma kepentingan eksklusif kalangan elite semata!" tegas Umar.
"Suara rakyat yang sebenarnya sebagai fondasi demokrasi itu sesuai makna aslinya dari bahasa Yunani, demokrasi itu rangkaian kata demos dan kratein—pemerintahan oleh rakyat!"
"Jadi, pemerintahan oleh rakyat yang sesungguhnya bukan semata rakyat memilih wakil di legislatif dan eksekutif lalu orang yang dipilih itu bisa sesukanya memuaskan kepentingan dirinya dengan kekuasaan yang diberikan oleh rakyat itu, melainkan para terpilih itu wajib menjalankan kekuasaan sesuai suara dan kepentingan rakyat yang memilihnya!" tukas Amir.
"Proses penyelesaian masalah sesuai suara rakyat itu harus dimulai dari skala kecil, lalu meningkat ke skala lebih besar, seperti skala kota, lalu provinsi, kemudian nasional! Kalau tak mampu menyelesaikan masalah dari skala kecil, tak serta-merta bisa mengatasi belitan keruwetan dalam skala nasional!"
"Dalam antropologi keluarga sebagai pilar negara!
Keluarga merupakan inti (nucleus) dari kelompok sosial sebagai atom yang terpadu menjadi masyarakat bangsa!" tegas Umar.
"Jika keluarga bermasalah, kelompok sosial sebagai atom masyarakat tak harmonis, masyarakat bangsa jadi runyam—yang berkuasa korupsi, yang besar memangsa yang kecil!" ***
0 komentar:
Posting Komentar