"KICK off Piala Dunia 12 Juni 2014 di Brasil tidak disambut gembira mayoritas rakyat negerinya yang miskin!" ujar Umar. "Itu tebersit dari laporan Mikkel Johnson, jurnalis Denmark yang sudah di Brasil sejak September 2013, seperti dikutip Zen R.S., pemred Pandit Football Indonesia dalam detikSport (31/5).
Kian dekat hari H, aksi unjuk rasa menolak Piala Dunia dari rakyat Brasil sendiri justru kian masif di semua kota yang jadi tuan rumah!"
"Demonstran yang jumlahnya setiap hari terus bertambah itu menganggap Piala Dunia sebagai pemborosan yang tak masuk akal!" timpal Amir.
"Selain kelewat mahal, biaya membangun infrastruktur mulai terbukti digerogoti tikus-tikus korup! Bagi mereka, kemewahan yang dipaksakan untuk menggelar Piala Dunia itu tak sebanding dengan pelayanan publik yang selama ini mereka terima dari pemerintah!"
"Massa aksi membeludak juga dipicu oleh kabar telah terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadap anak-anak jalanan dan gelandangan semata agar mereka tak mengotori dan mengganggu turis dan suporter yang datang ke Brasil!" tukas Umar.
"Mikkel semula ingin menikmati atmosfer bumi paradiso seni sepak bola, bahkan mau belajar bahasa Portugis agar bisa lebih menyelami suasana eksotis negeri Issaura Escrava itu, justru jumpa hal-hal yang membuatnya merinding!"
"Brasil negara seluas 8,5 juta km persegi, nyaris separuh daratan benua Amerika Selatan, dengan pesisir pantai memanjang menghadap Samudera Atlantik!" tutur Amir. "Jumlah penduduknya 2013 sebanyak 201 juta jiwa, dengan PDB negerinya 2014 sebesar 2,170 triliun dolar AS (dua kali lipat Indonesia yang 1 triliun dolar AS), dan pendapatan per kapita 10.773 dolar AS di peringkat 63 dunia (Indonesia peringkat 107 dunia)."
"Dari angka-angka itu, Brasil yang masuk Emerging Country BRIC—Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok—jauh lebih makmur dari Indonesia!" tegas Umar, "IPM (indeks pembangunan manusia) Brasil 2012 pada 0,730 peringkat 85 dunia, lebih baik dari IPM Indonesia peringkat 121 dunia!"
"Tapi ketimpangan pendapatan di Brasil sangat tajam, dengan indeks gini 0,519 pada 2012, melampaui batas kritis (0,50), hingga Indonesia masih lebih baik dengan gini 0,414," timpal Amir.
"Kesenjangan sosial yang keterlaluan di balik angka-angka makro ekonomi yang aduhai itulah penyebab penolakan rakyat Brasil pada Piala Dunia! Dibanding penderitaan mereka, Piala Dunia Brasil 2014 memang terlalu berlebihan mewahnya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar