USAI Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo mengintegrasikan langkah pembangunan kabupaten-kota di provinsinya, datang beriringan presiden baru dan Tahun Baru 1436 Hijriah! Bagi Lampung ini menjadi momentum untuk mengayun langkah “hijrah” bersama presiden baru menuju kehidupan bangsa yang lebih baik.
Hijrah itu bergerak ke suatu tujuan.
Gerak hijrah bersama suatu bangsa jelas menjadi sebuah konvoi, iring-iringan yang sangat panjang! Tapi kecepatan sebuah konvoi ditentukan oleh kendaraan yang paling lambat! Jika yang paling lambat ditinggal oleh yang lebih cepat, bubarlah konvoi itu!
Barisan konvoi bubar itulah realita bangsa Indonesia selama ini. Dengan koefisien gini 0,30 pada 2000 menjadi 0,413 pada 2013, ketimpangan sudah jomplang. Kelompok lemah yang lambat ditinggal kian jauh oleh yang geraknya tambah cepat saja. Kaum miskin di kelompok lambat jadi lebih miskin dan lebih lambat, sedang yang kaya tambah kaya geraknya pun semakin cepat pula!
Pengintegrasian semua unsur bangsa untuk konvoi hijrah bersama memerlukan penambahan kecepatan pada kelompok terlemah diprioritaskan! Percepatan itu dengan menambah daya pada kelompok paling lemah agar bisa bergerak lebih cepat. Kecepatan konvoi itu penentu kemajuan bangsa, diukur lewat pertumbuhan ekonomi!
Bahwa kemiskinan yang menjerat kaum lemah itu memperlambat pertumbuhan ekonomi telah dibuktikan Rahma Iryanti, Deputi Menteri PPK/Kepala Bappenas, di seminar UGM, 5 September 2014. Fokus dan pemberian prioritas pembangunan pada kelompok paling lambat dalam konvoi itu tak bisa ditawar-tawar lagi!
Lebih-lebih untuk Provinsi Lampung, yang menurut data BPS Maret 2014 dengan jumlah orang miskin 1.142.920 atau 14,28% dari penduduk, berada di peringkat ketiga termiskin di Sumatera, setelah Aceh (18,05%) dan Bengkulu (17,48%). Lebih buruk lagi, dengan indeks pembangunan manusia (IPM) 72,87 pada 2013, Lampung di peringkat terbawah Sumatera!
Karena ukuran kemiskinan dan IPM lebih ditentukan oleh konsumsi dan akses pada basic needs—kesehatan, pendidikan, air bersih, sanitasi, dan pelayanan publik lainnya, selain usaha menaikkan pendapatan mereka untuk memenuhi konsumsi, tingkatkan terus semua pelayanan itu!
Jangan ikutan live show televisi seperti bedah rumah, sebab usai bedah rumah jika pendapatan tak mampu menjangkau konsumsi pada garis kemiskinan, tetap saja masuk kelompok miskin, tertinggal konvoi! ***
0 komentar:
Posting Komentar