MESKI distribusi buku panduan guru untuk kurikulum 2013 belum merata, peluang kurikulum baru lagi hadir di pendidikan nasional bukan mustahil. Sebab, dari zaman ke zaman faktor politik sering menjadi dasar perubahan kurikulum.
Kali ini, relevansi Revolusi Mental jadi alasannya.
Kurikulum pertama 1947 di bawah Menteri Pendidikan Mr. Suwandi, 1952 disesuaikan pada sistem politik nasional saat itu yang liberal di bawah UUDS 1950. Lalu, dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, kembali ke UUD 1945, sistem politik bergeser. Kurikulum pun disesuaikan dengan gelora demokrasi terpimpin pada 1964.
Orde Lama jatuh diganti Orde Baru 1966. Kurikulum pun, 1968 disesuaikan segagah gaya pemerintahnya, kurikulum terpadu. Setelah aksi mahasiswa Malari 1974 penguasa perlu mengontrol lebih ketat dunia pendidikan—terutama kampus—kurikulum disesuaikan lagi pada 1975.
Lagi-lagi, berdasar kemauan politik Sidang Umum MPR 1983 agar arah pendidikan disesuaikan dengan tuntutan pengisian kesempatan kerja, pada 1984 kurikulum diganti lagi. Kali ini kurikulumnya dikenal dengan model pendidikan—cara belajar siswa aktif (CBSA). Perangkat belajar sesuai CBSA belum merata di semua sekolah, keburu lahir UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Maka, pada 1994 kurikulum pun disesuaikan lagi dengan UU baru. Pemerintah Orde Baru pun runtuh pada 1998. Muncul era reformasi, yang jelas orientasi politik berubah lagi. Pada 2004 hadir kurikulum berbasis kompetensi, yang pada 2006 dilengkapi dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Basis kompetensi pada guru untuk kurikulum tersebut belum selesai disertifikasi, sudah keburu nongol di akhir kekuasaan dua periode Presiden SBY, kurikulum 2013. Tampak pengaruh kontekstual politik dalam setiap perubahan kurikulum dari zaman ke zaman.
Hal itu menunjukkan sistem pendidikan Indonesia dinamis dan fleksibel, sekaligus eksperimental! Sebab, suatu sistem pendidikan belum selesai peletakan dasarnya, sosialisasi filosofi dan metodologi kurikulumnya pada guru saja belum merata, kurikulumnya sudah diganti lagi.
Sifat eksperimental pendidikan yang justru kontinum, membentuk secara konsisten generasi pancaroba yang antikemapanan dan mumpuni mengantisipasi segala bentuk kegalauan zamannya! Generasi pancaroba produk sistem eksperimental itu kenyal, tanpa konektor tepat revolusi mental bisa terpental dibuatnya! ***
0 komentar:
Posting Komentar