MENGHADAPI krisis dengan parlemen yang dikuasai oposisi, banyak orang khawatir bisa menghambat program unggulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sehingga mereka berpikir perlu merekrut sejumlah pelobi ulung untuk menjalin komunikasi intensif dengan parlemen, seperti para pelobi West Wing di Gedung Putih.
Bayangan seperti itu buyar setelah akhir pekan lalu Jokowi mengundang makan dan melakukan pertemuan tertutup dengan pimpinan parlemen; Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Setya Novanto, dan Ketua DPD Irman Gusman. Mereka bercerita pertemuan berlangsung santai penuh senda gurau. Jokowi bertekad akan melakukan pertemuan itu secara rutin. (detikNews, 12/10)
Jadi bukan pelobi model West Wing yang diperlukan, melainkan meja makan tempat membahas secara santai pandangan yang tak sejalan, bahkan kontroversial, menjadi sebuah kesepahaman dan kesepakatan.
Gaya Jokowi menyelesaikan masalah lewat meja makan itu sudah dilakukan sejak ia menjabat wali kota Solo.
Salah satunya saat ia harus merelokasi pedagang kaki lima (PKL) yang memenuhi kawasan Monumen Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo, yang dibangun Pemkot Solo untuk menampung mereka. Di mana pun tak mudah memindahkan PKL, tapi lewat makan bersama PKL pindah sukarela.
Di Jakarta, selaku gubernur DKI, menurut catatan detikNews (idem) Jokowi juga melakukan beberapa kali makan bersama dengan warga yang tak sepandangan dengannya. Antara lain dengan para penolak Lurah Lenteng Agung hasil lelang jabatan, Susan. Juga dengan para ketua RT dan RW kawasan Waduk Pluit.
Semua kesepahaman tercapai di meja makan.
Gaya khas Jokowi, meja makan dijadikan proses artikulasi—merumuskan dengan tajam masalahnya bersama pihak terkait, lalu secara bersama-sama menyepakati jalan keluar penyelesaian masalahnya!
Tentu saja Jokowi tidak datang dengan tangan kosong ke pertemuan makan bersama untuk melakukan artikulasi itu. Ia selalu siap dengan hasil agregasi—pengumpulan informasi dan aspirasi terkait masalahnya lewat gaya khasnya yang lain, blusukan!
Bahkan setelah blusukan, selain penguasaan masalah dan aspirasi warga terkait, ia sekaligus datang ke meja makan dengan solusi!
Demikian efektif kepemimpinan Jokowi dengan sentuhan manusiawi, lewat blusukan dan meja makan.
Tapi masih harus diuji, apakah sentuhan manusiawi Jokowi bisa melunakkan garangnya parlemen? ***
0 komentar:
Posting Komentar