"KALAU belakangan Jokowi-JK menyadari perlu merajut kembali people power dari serpihan untuk menangkal tekanan Koalisi Merah Putih (KMP), bisa?" tanya Amir.
"Tentu saja bisa, tapi dengan catatan," jawab Amir. "Pertama, people power yang kini bangkit lebih murni buat perjuangan mengembalikan kedaulatan rakyat yang dirampas UU Pilkada tidak langsung!
Kedua, people power rajutan ulang itu tergantung relevansi program Jokowi-JK pada kepentingan rakyat! Kalau program benar-benar prorakyat diganjal KMP, people power akan bangkit membela!"
"Jadi, dukungan people power kepada Jokowi-JK bukan gelondongan lagi, melainkan selektif setiap muncul hambatan KMP terhadap program prorakyat!" timpal Amir. "Artinya, kalau ternyata program Jokowi-JK tidak prorakyat, jangankan people power, rakyat cuekin pun tidak!"
"Itu pertanda perjalanan Jokowi-JK lima tahun ke depan amat berat!" tukas Umar. "Amat berat, karena demi dapat dukungan rakyat dalam menghadapi KMP, Jokowi harus selalu membuat kebijakan yang populis!
Padahal, untuk memperbaiki banyak hal, dari keuangan negara hingga memberantas korupsi, yang dibutuhkan justru kebijakan tak populer—seperti menaikkan harga BBM untuk mengakhiri subsidinya!"
"Celakanya, ketika kebijakan tak populer yang diambil, menaikkan harga BBM misalnya, rakyat bisa berbalik mendukung KMP yang mengganjalnya!" timpal Amir.
"Hal itu tak sulit dilihat, tuntutan demo buruh ke Istana pekan lalu salah satunya menolak kenaikan harga BBM! Berarti, janji Jokowi untuk memperbaiki struktur keuangan negara dan birokrasi akan tersandung berbagai tantangan!"
"Tapi, di balik tantangan berat itulah peluang unjuk kebolehan Jokowi-JK, yang sejak awal memikat dukungan rakyat lewat koalisi ramping agar kekuasaannya lebih bermanfaat bagi rakyat, ketimbang bagi-bagi kekuasaan dengan koalisi gemuk!" timpal Umar.
"Untuk itu, lazim bagi orang Jawa, harus kembali ke pakem! Begitu jadi calon presiden, langkah awal Jokowi ke grup musik Slank! Itu mengikuti pomeo jika politik membengkokkan, seni meluruskan! People power pun dibangun lewat gerakan seni Salam Dua Jari!"
"Realitas politik membengkokkan justru kini makin nyata menekan rakyat!" tukas Umar. "Slank pun memulai konser 'Salam Tiga Jari' di Boyolali, dengan prakondisi yang berbeda dari konser Salam Dua Jari! Masih mungkinkah yang dibengkokkan politik itu diluruskan kembali oleh seni?" *** (Habis)
0 komentar:
Posting Komentar