RATU Adil akan datang! Begitu gosip yang ramai di berbagai media sosial di ambang Pemilu Presiden 2014, sebagaimana ditulis Muhammad Subarkah, (ROL, 2/6).
Ia menambahkan berbagai buku tentang Ratu Adil juga bermunculan di toko-toko buku, mulai dari yang sifatnya kajian ilmiah hingga bergaya sastra seperti novel.
Mitos Ratu Adil mencekam publik.
Namun, Subarkah mengingatkan masyarakat dengan mengutip pernyataan W.S. Rendra, "Sudahlah! Ratu Adil tidak ada! Dia tak akan datang!" Menurut Rendra, Ratu Adil itu impian yang muncul akibat kuatnya represi sehingga keadilan dan kesejahteraan rakyat menghilang.
Sementara Wildan Sena Utama dari Leiden mengutip pernyataan Bung Karno dalam Indonesia Menggugat, "Tuan-tuan hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya datangnya Ratu Adil dan sering kita mendengar di desa sini atau di desa situ telah muncul seorang Imam Mahdi atau Erucakra. Tidak lain tak bukan karena rakyat menunggu pertolongan." (Sinar Harapan.co, 3/1)
Indonesia Menggugat itu pembelaan Bung Karno di Landraad Bandung, 1 Desember 1930.
Ia divonis menyebar permusuhan politik kepada Pemerintah Belanda.
Ratu Adil itu mitos berdasar ramalan Prabu Jayabaya (Kediri, 1135—1159). Isinya, kelak ketika terjadi malapetaka, kemelut sosial, dan ketidakadilan dari penguasa lalim, akan muncul seorang Ratu Adil yang akan menyelamatkan rakyat Jawa dari keterpurukan.
Jadi, kalau menjelang pilpres muncul isu Ratu Adil, bisa ditebak kekuasaan mana yang dituding lalim dan siapa pula yang muncul sebagai Ratu Adil. Gosip di media sosial seperti itu mungkin membantu perolehan suara Jokowi di Jateng dan Jatim unggul—penentu kemenangan!
Namun, hal itu bisa membuat pandangan sebagian orang memitoskan Jokowi sebagai Ratu Adil.
Kemungkinan demikian tentu tidak baik. Sebab, selain Jokowi bukan Ratu Adil yang superior seperti dalam ramalan Prabu Jayabaya, mitos itu membuat kinerja Jokowi tak lagi dinilai secara rasional! Sebagai Ratu Adil kebijakannya dianggap tak akan bisa salah atau keliru! Akibatnya, tak boleh dikritik, resistan terhadap kritik!
Padahal, semua warisan masalah berat yang diterima Jokowi dari pendahulunya itu nyata dan faktual! Penanganannya juga harus realistis, tak selesai sendiri secara gaib seperti cerita Sukrosono atau Roro Jonggrang! Lebih dari itu, perlu partisipasi rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa! ***
0 komentar:
Posting Komentar