SELAIN dirundung aneka ketimpangan, kemiskinan kronis menjadi determinan yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi juga karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kemiskinan Indonesia semakin “dalam” dan “parah”!
Menurut BPS, dari jumlah orang miskin 28.066.550 pada Maret 2013 menjadi 28.280.010 pada Maret 2014, bertambah lebih 263 ribu, kedalaman kemiskinan Maret 2013 tercatat 1,75, September 2013 menjadi 1,89, Maret 2014 kembali 1,75.
Artinya, kemiskinan dalam jurang kronis yang sulit didaki, sukar untuk bisa keluar. Malah lebih 230 ribu orang kejeblos masuk jurang itu setahun, lebih 500 setiap hari!
Kedalaman jurang kemiskinan itu bisa digambarkan dengan jarak konsumsi per kapita garis kemiskinan nasional Maret 2014 sebesar Rp302.735/bulan, dibanding penghasilan kotor wakilnya di DPR sekitar Rp65 juta/bulan!
Jadi, perlu 215 bulan garis kemiskinan untuk menyamai penghasilan sebulan wakilnya di DPR!
Selain kedalaman jurang kemiskinan yang sedemikian, tingkat keparahannya masih terus meningkat dari 0,43 pada Maret 2013 menjadi 0,44 pada Maret 2014.
Itu menunjukkan kondisi serbakekurangan dari pemenuhan kebutuhan minimal (basic needs) terus kian memedihkan!
Lebih menyayat hati lagi, garis kemiskinan Indonesia itu, yakni Rp302.735/kapita/Maret 2014 itu masih di bawah garis kemiskinan absolut Bank Dunia sebesar 1 dolar AS/jiwa/hari.
Jadi, kemiskinan kronis versi Deputi Kepala Bappenas Rahma Iryanti, yang determinasinya menghambat pertumbuhan ekonomi itu, kondisinya lebih buruk dari kemiskinan absolut!
Untuk mengatasi kemiskinan kronis yang amat buruk itu, tentu paling tepat lewat memberdayakan warga miskin itu sendiri untuk bangkit dan keluar dari jurang kemiskinan dengan kerja, kerja, kerja, dan kerja—seperti ditegaskan Presiden Joko Widodo dalam pidato pertamanya usai dilantik di MPR, Senin (20/10).
Tapi malang nian warga miskin itu, bukan mereka malas tak mau kerja, tapi mereka miskin justru karena tak punya pekerjaan untuk dikerjakan! Atau, punya pekerjaan pun, pendapatannya sangat rendah!
Jadi, seperti kata ekonom Bank Dunia Vivi Alatas, perlu peningkatan anggaran program-program jaring pengaman sosial agar mereka bisa meraih akses pelayanan dasar dan membantu mereka lepas dari kemiskinan dengan penyediaan pekerjaan yang memberi penghasilan lebih baik!
Kalau fokus, tak kebanyakan gaya dan citra, diyakini bisa berhasil! *** (Habis)
0 komentar:
Posting Komentar