DEPUTI Menteri PPK/Kepala Bapenas Rahma Iryanti menyatakan sejak 2011 penurunan jumlah absolut warga miskin Indonesia di bawah 1 juta orang per tahun. Itu ujarnya di seminar UGM (5/9), karena kondisi kemiskinan kini sudah mencapai tahap yang kronis.
Kemiskinan kronis itu kondisi kemiskinan yang dirundung ketimpangan serius—dari koefisien gini 0,30 pada 2000 menjadi 0,42 pada 2013. Dengan itu peningkatan ketimpangan Indonesia tertinggi di Asia.
Ketimpangan terjadi dalam kesenjangan ekonomi dan nonekonomi. Kesenjangan ekonomi ditunjukkan dengan timpangnya pertumbuhan pengeluaran antarkelompok masyarakat. Kesenjangan nonekonomi ditunjukkan dengan ketimpangan akses terhadap pelayanan dasar: kesehatan, pendidikan, air, sanitasi, dan lainnya.
Makin lebar kesenjangan, warga miskin kronis kian tak mampu keluar dari kemiskinan sehingga melemahkan pertumbuhan ekonomi! Kata Rahma, kesenjangan juga berpotensi negatif terhadap kohesi sosial dan politik.
Peningkatan kesenjangan mengurangi pertumbuhan ekonomi melalui perubahan pola permintaan, perubahan ukuran pasar domestik, kegiatan kewirausahaan menurun. Keterkaitan ekonomi politik dan instabilitas juga memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Kemiskinan kronis dirundung kesenjangan pun jadi determinan yang memperlambat pertumbuhan ekonomi! Negasinya, kegiatan produktif mengatasi kesenjangan guna mengurangi kemiskinan kronis bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi!
Itu selaras dengan ekonom Bank Dunia Vivi Alatas di seminar Bank Dunia di Jakarta (25/9), mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dengan membantu warga miskin menolong diri mereka sendiri, melalui penyediaan pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih baik, dan memastikan anak-anak di seluruh Indonesia mendapat akses yang sama ke layanan berkualitas, membantu mereka keluar dari kemiskinan!
Juga sesuai asumsi Rahmah, melambatnya penurunan kemiskinan akibat kondisi makroekonomi yang belum optimal, kata Vivi Alatas, saat ini Indonesia hanya menghabiskan 0,7% PDB untuk program-program bantuan sosial, amat rendah dibandingkan Brasil 1,5% dari PDB-nya.
Maka itu, jika determinasi kemiskinan kronis diforsir untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan program-program mengatasi aneka kesenjangan, penurunan kemiskinan dan kesenjangan menjadi wujud kemajuan bangsa! ***
0 komentar:
Posting Komentar