Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Empati pada Rakyat Konstituen!

MINUSNYA empati politikus pada sesama politikus di forum perwakilan, cermin dari lebih lemah lagi empati politikus kepada rakyat, konstituen yang memilihnya! Maksudnya, kalau kepentingan sesama politikus di forum perwakilannya saja tak mereka hormati, hanya kepentingan pihak dirinya yang diwujudkan, apalagi kepentingan rakyat konstituen yang jauh dari tempat tugasnya! 

Itu terlihat ketika dengan amat mudah politikus mencabut hak pilih rakyat untuk pemilukada langsung, diganti tak langsung oleh DPRD. Tentunya, pencabutan hak itu juga berlaku terhadap konstituennya!

Kuat terkesan, politikus yang minus empati pada rakyat itu meremehkan konstituen sekadar sebagai orang-orang yang hak pilihnya cukup ditukar dengan sepaket sembako kapan pun dibutuhkan! Empati dimaksud tentu sesuai di Kamus Besar Bahasa Indonesia: keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. 

Atau dalam bahasa populer diartikan, kemampuan menempatkan diri dalam situasi orang atau kelompok lain, Tepatnya, perasaan dan pikiran politisi tak nyambung dengan perasaan dan pikiran rakyat, termasuk konstituen—rakyat yang memilih sang politikus untuk mewakili dirinya! Dengan demikian, para politikus hidup di dunia dan keasyikannya sendiri, terlepas dari rakyat yang diwakilinya! 

Akibatnya, mereka hanya memikirkan dan memperjuangkan kepentingan diri sendiri dan partai atau koalisinya, tak memperjuangkan konstituennya! Kalau sekadar tidak memperjuangkan nasib rakyat, sudahlah! Rakyat sudah maklum dan nerimo saja selama ini! 

Tapi kalau demi kepentingan partai dan koalisinya malah merampas hak rakyat (memilih kepala daerah), sikap politikus itu sangat keterlaluan sekali! Aneka pengkhianatan politikus pada rakyat konstituennya akibat minusnya empati itu terjadi karena politikus tak menyadari dan memahami bahwa aktualisasi empati itu merupakan implementasi kontrak (sosial) politik mereka kepada konstituennya! 

Lebih celaka lagi, kebanyakan politikus tak mengerti apa itu empati maupun kontrak (sosial) politik dalam posisinya sebagai pejabat publik! Tanpa kecuali, kata empati itu berasal dari Yunani, setua dan sejalan dengan kata demokrasi! Lemahnya penguasaan prinsip profesinya itu hanya menunjukkan, kehadirannya sebagai politikus kebanyakan hanya amatiran! Itu membuat tambah sengsara rakyat yang diwakilinya! ***

0 komentar: