AKHIRNYA kabinet baru pemerintahan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla, Kabinet Kerja, dilantik Senin (27/10). Usai dilantik mereka langsung bekerja. Bekerja, bekerja, dan bekerja dengan perspektif baru mengatasi tantangan lama.
Tantangan lama itu warisan setumpuk masalah serius dari pemerintahan lalu. Seperti, tripel defisit—neraca perdagangan, neraca pembayaran (current account), dan APBN.
Lalu defisit bahan bakar migas hingga impor terus menjurus lebih besar dari produksi sendiri yang tinggal 800 ribu barel/hari. Kemudian birokrasi pemerintah yang kegemukan dan rakus, menelan belanja rutin lebih separuh APBN/APBD. Pemerintah lalu gagal menyelesaikan masalah-masalah tersebut, menolak untuk mengambil kebijakan menaikkan harga BBM, menyerahkan semua masalah itu jadi tanggung jawab pemerintah baru.
Dengan begitu jelas, pemerintahan baru tak mungkin menggunakan cara berpikir dan cara kerja pemerintahan lama yang terbukti gagal mengatasi aneka masalah tersebut. Untuk itu, pemerintah baru pun menggunakan perspektif baru, merombak struktur kabinet dengan menambah satu menko yang menangani kemaritiman.
Artinya, pemerintahan Jokowi-JK sudah menetapkan cara berpikir, cara pandang, dan cara kerja baru! Menjadi keharusan untuk menilai proses dan hasilnya memakai perspektif baru pula. Namun, cara mengukur kemajuan hasil kerja kabinet baru secara umum mudah dilakukan!
Yakni, seberapa besar defisit-defisit yang mereka warisi diturunkan, seberapa besar subsidi BBM berkurang, seberapa ramping pula birokrasi bisa dibuat dan seberapa besar anggaran untuk rakyat di seluruh negeri bisa dinaikkan, dan seterusnya!
Salah satu perspektif baru itu dibentuknya Menko Kemaritiman membawahkan empat kementerian, dipimpin Indroyono Soesilo, yang sedang menjabat direktur perikanan dan budi daya di badan PBB FAO.
Menteri Perhubungannya Ignasius Jonan, dirut yang membenahi perkeretaapian hingga sering tidur di gerbong sedang jalan. Menteri Kelautannya Susi Pujiastuti, tak tamat SMA tapi penerbangan perintisnya sukses dengan ratusan pesawat yang pilot asingnya saja 170 orang—padahal Merpati usaha milik negara bangkrut!
Sedang Menteri Pariwisatanya Arief Yahya yang sukses memimpin Telkom. Menteri ESDM Sudirman Said—mantan aktivis antikorupsi yang sukses memimpin Pusat Industri Angkatan Darat (Pindad). Itu perspektif baru di kemaritiman dengan orang-orang berlatar belakang unik. Selamat bekerja Kabinet Kerja! ***
0 komentar:
Posting Komentar