BERDASAR data Bank Indonesia (BI), debt to service ratio (DSR) utang luar negeri Indonesia pada kuartal I 2015 sebesar 56,08 persen.Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan DSR naik karena ekspor Indonesia tertekan. Maklum, dasar penghitungan DSR itu jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri jangka panjang dibagi dengan jumlah penerimaan ekspor. (Kompas.com, 28/7)
Maksudnya, total pembayaran utang luar negeri kita pada kuartal I 2015 itu mencapai 56,08 dari total hasil ekspor kita!
Jadi betapa sudah demikian berat sebenarnya beban utang luar negeri yang dipikul bangsa ini. Menurut ukuran universal, kemampuan membayar utang luar negeri pada pendapatan ekspornya, sehingga meski pada PDB baru 26 persen, dari kemampuan membayarnya terlihat kritis.
Menurut Agus, dalam tiga tahun terakhir harga berbagai komoditas andalan Indonesia dalam tren menurun. Berdasarkan analisis future market BI, penurunan harga ekspor komoditas Indonesia tahun ini bisa 11 persen, lebih dalam dari sebelumnya yang diperkirakan 5 persen.
"Ekspor tertekan dan dengan sendirinya DSR potensi meningkat," ujar Agus.
Untuk itu, ekonom Hendri Saparini menyatakan DSR kita sudah mengkhawatirkan. "Kalau kita dikatakan dalam batas aman, semestinya enggak ya. Karena DSR kita sudah di atas 50 persen. Dan menurut saya, yang paling mengkhawatirkan adalah prospek kita dalam membiayai utang," ujarnya dalam diskusi Managing Economic Slowdown, Selasa (28/7).
Prospek RI dalam membiayai utang dinilainya mengkhawatirkan lantaran proyeksi ekspor ke depan belum ada perbaikan. Itu karena 70 persen ekspor RI komoditas primer sehingga kalaupun tahun depan ekonomi global membaik, kita tak bisa langsung menikmatinya.
Ukuran aman utang luar negeri memang DSR. Kalau dibandingkan PDB untuk Indonesia agak kurang tepat karena 62 persen PDB RI disumbang konsumsi. (Hendi Saparini, Kompas.com, 29/7) Jadi meski dibanding PDB cuma 26 persen, dipotong konsumsi 62 persen itu justru lebih kritis.
Apalagi jika dibanding utang Yunani yang saat negerinya pailit 7 Juli 2015 utangnya 312,7 miliar euro. Sedang utang luar negeri RI menurut data BI pada kuartal I 2015 sebesar 298,1 miliar dolar AS, ditambah total target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada APBNP 2015 sebesar Rp452,1 triliun atau dengan kurs Rp13.300 per dolar AS setara 33,99 miliar dolar AS, total utang RI pada akhir 2015 menjadi sekitar 332 miliar dolar AS—lebih besar dari utang Yunani!
Jadi wajar jika ekonom khawatir. ***
0 komentar:
Posting Komentar