PDIP—Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan—lewat Wakil Sekjen Ahmad Basarah di kantor DPP Jalan Lenteng Agung, Jakarta, Minggu (28/6), melempar bola panas bongkar pasang (reshuffle) kabinet karena sejauh ini tidak ada sinyal kesuksesan pemerintahan Jokowi-JK."Kita melihat tujuh bulan jalannya pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden JK belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilan," ujar Basarah. (detik-news, 28/6)
PDIP merasa bertanggung jawab terhadap kegagalan itu.
Ia menggarisbawahi soal kegagalan sektor ekonomi yang pertumbuhannya terburuk selama beberapa tahun terakhir, yakni di bawah 5%, sekitar 4,7%. Juga faktor-faktor lainnya.
Sumber penyakitnya, menurut Basarah, berasal dari kapasitas menteri yang tidak memadai. Visi dan misi besar Jokowi tak mampu dilaksanakan para menteri. "Maka muncul gagasan reshuffle kabinet sebagai kebutuhan," tegas Basarah.
Manuver PDIP itu diperkuat Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, yang menyatakan ada menteri yang menjelek-jelekkan Presiden Joko Widodo.
Ini ditimpali anggota DPR, Masinton Pasaribu, menteri yang menjelek-jelekkan Presiden itu perempuan dari jajaran ekonomi. Lalu, beredar transkrip bicara menteri yang menyebut Presiden Jokowi tak bisa apa-apa. Sebagai satu-satunya menteri perempuan di jajaran ekonomi, Menteri BUMN Rini Sumarno membantah ia telah melakukan perbuatan tercela merendahkan Presiden itu. Tapi, tak urung, Presiden Joko Widodo terpengaruh juga oleh kebisingan manuver tersebut. Saat mengundang Buya Syafi'i Maarif ke Istana, Senin (29/6), juga ketika setelah itu di Istana bertemu sejumlah ekonom, Presiden Jokowi menyinggung desakan untuk reshuffle itu.
Tapi, baik Buya maupun para ekonom tak mengungkap lebih jauh isi pembicaraan mengenai reshuffle. Justru kembali dari PDIP, Puan Maharani berharap Presiden Joko Widodo bertemu dengan koalisi partai pengusung sebelum melakukan reshuffle. Kebutuhan reshuffle yang ditegaskan PDIP itu sebenarnya mengadopsi harapan dari masyarakat.
Namun, PDIP mempertajam arahnya ke sosok menteri tertentu, selain Rini Sumarno juga ke arah Seskab Andi Widjajanto, lewat menokohkan Pramono Anung cocok menjabat Seskab. Kementerian BUMN dan Seskab memang strategis bagi mendukung operasional kekuasaan, yang sejak awal seharusnya diplot buat partai pengusung utama. Tapi suatu paket reshuffle tentu simultan membersihkan menteri yang mengecewakan Presiden, seperti ia katakan kepada ekonom. ***
Ini ditimpali anggota DPR, Masinton Pasaribu, menteri yang menjelek-jelekkan Presiden itu perempuan dari jajaran ekonomi. Lalu, beredar transkrip bicara menteri yang menyebut Presiden Jokowi tak bisa apa-apa. Sebagai satu-satunya menteri perempuan di jajaran ekonomi, Menteri BUMN Rini Sumarno membantah ia telah melakukan perbuatan tercela merendahkan Presiden itu. Tapi, tak urung, Presiden Joko Widodo terpengaruh juga oleh kebisingan manuver tersebut. Saat mengundang Buya Syafi'i Maarif ke Istana, Senin (29/6), juga ketika setelah itu di Istana bertemu sejumlah ekonom, Presiden Jokowi menyinggung desakan untuk reshuffle itu.
Tapi, baik Buya maupun para ekonom tak mengungkap lebih jauh isi pembicaraan mengenai reshuffle. Justru kembali dari PDIP, Puan Maharani berharap Presiden Joko Widodo bertemu dengan koalisi partai pengusung sebelum melakukan reshuffle. Kebutuhan reshuffle yang ditegaskan PDIP itu sebenarnya mengadopsi harapan dari masyarakat.
Namun, PDIP mempertajam arahnya ke sosok menteri tertentu, selain Rini Sumarno juga ke arah Seskab Andi Widjajanto, lewat menokohkan Pramono Anung cocok menjabat Seskab. Kementerian BUMN dan Seskab memang strategis bagi mendukung operasional kekuasaan, yang sejak awal seharusnya diplot buat partai pengusung utama. Tapi suatu paket reshuffle tentu simultan membersihkan menteri yang mengecewakan Presiden, seperti ia katakan kepada ekonom. ***
0 komentar:
Posting Komentar