Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mengantisipasi Risiko Kekeringan!

KEKERINGAN akibat fenomena El Nino yang sudah mulai melanda sejumlah daerah di Lampung, konsekuensi dan risikonya harus diantisipasi terpola dengan kemungkinan terburuk.Apalagi, hal ini tak terlepas dari target Provinsi Lampung untuk meningkatkan surplus produksi berasnya 1 juta ton, dari surplus 1 juta ton yang telah dicapai tahun lalu. Kemungkinan kekeringan tahun ini terburuk bisa dilihat bandingannya di Bogor, yang terkenal sebagai kota hujan, justru dalam dua bulan ini mengalami kekeringan cukup parah.

 "Jangankan air untuk minum. Air untuk mandi saja tidak ada," ujar Wali Kota Bogor Bima Arya. (detik-News, 25/7) "Tak hanya di pinggiran kota, kekeringan juga melanda di tengah kota," tambah Bima. "Kita melihat rumput istana yang biasanya hijau, sekarang rumputnya kering, rusa-rusanya tidak bisa makan." Itulah bandingannya. Kalau rumput di halaman istana yang terletak di kota hujan saja sudah mengering hingga rusa-rusnya kesulitan makan, ladang rakyat yang jauh dari istana bisa jauh lebih buruk kondisinya akibat kekeringan.

 Dan konsekuensinya bagi Lampung bisa cukup serius, karena dua pertiga sawah di provinsi ini tadah hujan! Akibat dua bulan ini tak hujan, berarti sawah tadah hujan yang biasa menanam padi pada Agustus harus menyesuaikan jadwal musim tanam kembali. Sedang di sawah irigasi teknis yang saat kemarau biasa tanam padi gogo, dengan fenomena kekeringan El Nino volume pasokan air irigasinya surut, luas areal tanam padi gogo pun berkurang.

 Jadi, agar musim tanam areal tadah hujan tak terlalu lama, juga areal padi gogo bisa lebih optimal, dalam usaha mencapai target surplus beras, perlu dipikirkan untuk mengundang “pawang” guna mendatangkan hujan. Cara sama sudah pun dilakukan Sumatera Selatan, dengan melaksanakan proyek hujan buatan. Dengan berhasilnya proyek hujan buatan, berbagai konsekuensi dan risiko kekeringan bisa sekalian ikut teratasi.

 Aneka risiko itu, rawan kebakaran, kekurangan air untuk minum dan MCK—di daerah-daerah Jawa dipasok dengan mobil tangki dari pemda, dan rawan pangan akibat panen gagal atau musim tanam tertunda hingga mengalami paceklik panjang. Untuk rawan pangan, risikonya diperkecil dengan pembagian raskin tepat waktu. Semua itu masih berupa gagasan, untuk dipertimbangkan implementasinya. Terlepas dari semua itu, kesiagaan semua jajaran untuk penanganan kondisi darurat harus ditingkatkan agar selalu siap kapan pun diperlukan mengatasi bencana akibat kekeringan! ***

0 komentar: