SETELAH Iran dan enam negara adidaya P5+1 (AS, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis + Jerman) Selasa (14/7) di Wina mencapai kesepakatan pembatasan nuklir Iran hanya untuk tujuan damai, maka sanksi ekonomi terhadap Iran dicabut.Usaha P5+1 untuk melakukan pembatasan terhadap nuklir Iran sudah sejak 2006, periode pertama pemerintahan Presiden Ahmadinejad.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Fedrica Mogherini menyatakan kesepakatan ini pertanda harapan bagi seluruh dunia.
"Ini kesepakatan yang bisa membuka ke jalan babak baru dalam hubungan internasional," tegasnya.
Kesepakatan itu layak dicatat sebagai prestasi pemerintahan Presiden Hasan Rouhani yang terpilih Juli 2013. Karena, berkat kegigihan tim perunding akhirnya berhasil meyakinkan P5+1 bahwa nuklir Iran semata untuk tujuan damai, negerinya tidak mengalami nasib seperti Irak.
Meski akhirnya demikian, sepanjang dua periode pemerintahan Ahmadinejad (2005—2013) terus mendapat tekanan dari Barat.
Termasuk, embargo terhadap ekspor minyak dan pembekuan aset serta rekening Iran di bank-bank Eropa dan Amerika. Akibatnya pada akhir masa berkuasa Ahmadinejad ekonomi Iran terpuruk: inflasi angka resmi 30% (perkiraan badan-badan dunia 40%—60%), pengangguran 12%, dan nilai tukar riyal Iran terhadap dolar AS melemah 60% dari 2011 sampai 2013. Itu menjadi lebih parah karena di akhir pemerintahan Ahmadinejad tiga tahun lalu, Barat justru memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Terpilihnya Hasan Rouhani yang pendidikannya berorientasi Barat—bertolak belakang dengan Ahmadinejad yang populis—berkat harapan rakyat untuk bisa membuka isolasi Iran dari dunia internasional, terutama ekonomi dan keuangannya. Peluang pemerintahan Rouhani memenuhi harapan rakyat itu terbuka kini, sekaligus dengan bonus program nuklir Iran untuk energi dan iptek bisa dilanjutkan.
Terbukanya Iran, pemilik cadangan minyak terbesar kedua di Timur Tengah setelah Arab Saudi, besar artinya bagi dunia terutama dalam menurunkan harga minyak bumi.
Dalam sejarahnya, embargo aliran minyak Iran, terutama ke Eropa dan Amerika, menjadi salah satu penyebab meroketnya harga minyak sampai di atas 100 dolar AS per barel. Dengan kembalinya ekspor minyak Iran ke pasar, yang dahulu bisa lebih 4 juta barel/hari, stok minyak dunia akan melimpah dan harganya akan terus menurun.
Dengan dicabutnya sanksi ekonomi, faktor Iran bisa sedikit melonggarkan ekonomi dunia dari cekikan mahalnya harga energi. ***
0 komentar:
Posting Komentar