KELOMPOK teroris Al Qaeda menyatakan perang terhadap kelompok teroris lainnya, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), pekan lalu.
Pernyataan itu disampaikan pemimpin Al Qaeda pengganti Osama bin Laden, Ayman Al Zawahiri, melalui pesan audio yang diunggah ke internet. (Kompas.com, 11/9)
Al Zawahiri menuding pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Bhagdadi, telah melakukan penghasutan dan menganggap Al Bhagdadi bukanlah pemimpin seluruh muslim. "Semua orang terkejut oleh pernyataan Bhagdadi bahwa dia adalah khalifah keempat dalam sejarah Islam," ujar Zawahiri. "Dia (Bhagdadi) melakukan ini tanpa berkonsultasi dengan para muslim."
Pengamat kontraterorisme, Mathew Olsen, menyatakan pernyataan Al Zawahiri itu cukup mengesankan betapa dalam perpecahan antara Al Qaeda dan ISIS. "Perpecahan ini tidak bisa direkonsiliasi kembali," kata Olsen sembari menambahkan, "Jika ISIS dan Al Qaeda bersatu, itu akan mengerikan." ISIS awalnya hanya cabang Al Qaeda di Irak, memisahkan diri dua tahun lalu. Kata seorang pejabat, cabang ISIS yang dikenal sebagai kelompok Provinsi Khorasan Islam Suriah terus-menerus bertempur di Afghanistan dan Pakistan melawan Taliban dan Al Qaeda. "Saling bertempur membuat tugas kami lebih mudah," ujar pejabat itu.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada BBC telah mengidentifikasi setidaknya empat peristiwa militan ISIS membuat dan menggunakan senjata kimia di Irak dan Suriah. Tim BBC di perbatasan Turki-Suriah telah melihat bukti yang mendukung klaim tersebut. Senjata kimia yang mereka gunakan berjenis mustard, kemungkinan dalam bentuk bubuk yang dikemas dalam bahan peledak tradisional, seperti mortir, kata pejabat AS.
"Kami telah melihatnya digunakan pada setidaknya empat peristiwa yang berbeda di perbatasan Irak dan Suriah," ujarnya. Ketika senjata itu meledak, siapa yang terpapar abu senjata kimia mustard itu akan melepuh. Komunitas intelijen yakin ada tiga kemungkinan ISIS memperoleh senjata kimia. Pertama, mereka menemukan persembunyian milik Irak.
Kedua, menyita milik rezim Suriah sebelum dipaksa mènyerahkannya dengan ancaman serangan udara AS di 2013. Ketiga, mereka memiliki sel yang bertugas meneliti senjata kimia aktif yang mereka kerjakan, dan mencobanya hingga menjadi lebih baik dalam pembuatannya. Mana pun yang benar, kenyataan ISIS telah memiliki dan menggunakan senjata kimia bisa membuat lebih sulit AS dan sekutu menumpas mereka. Itu bisa membuat Al Bhagdadi makin percaya diri, seperti dituding Al Zawahiri. ***
Al Zawahiri menuding pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Bhagdadi, telah melakukan penghasutan dan menganggap Al Bhagdadi bukanlah pemimpin seluruh muslim. "Semua orang terkejut oleh pernyataan Bhagdadi bahwa dia adalah khalifah keempat dalam sejarah Islam," ujar Zawahiri. "Dia (Bhagdadi) melakukan ini tanpa berkonsultasi dengan para muslim."
Pengamat kontraterorisme, Mathew Olsen, menyatakan pernyataan Al Zawahiri itu cukup mengesankan betapa dalam perpecahan antara Al Qaeda dan ISIS. "Perpecahan ini tidak bisa direkonsiliasi kembali," kata Olsen sembari menambahkan, "Jika ISIS dan Al Qaeda bersatu, itu akan mengerikan." ISIS awalnya hanya cabang Al Qaeda di Irak, memisahkan diri dua tahun lalu. Kata seorang pejabat, cabang ISIS yang dikenal sebagai kelompok Provinsi Khorasan Islam Suriah terus-menerus bertempur di Afghanistan dan Pakistan melawan Taliban dan Al Qaeda. "Saling bertempur membuat tugas kami lebih mudah," ujar pejabat itu.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada BBC telah mengidentifikasi setidaknya empat peristiwa militan ISIS membuat dan menggunakan senjata kimia di Irak dan Suriah. Tim BBC di perbatasan Turki-Suriah telah melihat bukti yang mendukung klaim tersebut. Senjata kimia yang mereka gunakan berjenis mustard, kemungkinan dalam bentuk bubuk yang dikemas dalam bahan peledak tradisional, seperti mortir, kata pejabat AS.
"Kami telah melihatnya digunakan pada setidaknya empat peristiwa yang berbeda di perbatasan Irak dan Suriah," ujarnya. Ketika senjata itu meledak, siapa yang terpapar abu senjata kimia mustard itu akan melepuh. Komunitas intelijen yakin ada tiga kemungkinan ISIS memperoleh senjata kimia. Pertama, mereka menemukan persembunyian milik Irak.
Kedua, menyita milik rezim Suriah sebelum dipaksa mènyerahkannya dengan ancaman serangan udara AS di 2013. Ketiga, mereka memiliki sel yang bertugas meneliti senjata kimia aktif yang mereka kerjakan, dan mencobanya hingga menjadi lebih baik dalam pembuatannya. Mana pun yang benar, kenyataan ISIS telah memiliki dan menggunakan senjata kimia bisa membuat lebih sulit AS dan sekutu menumpas mereka. Itu bisa membuat Al Bhagdadi makin percaya diri, seperti dituding Al Zawahiri. ***
0 komentar:
Posting Komentar