Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pendidikan Life Skill yang Realistis!

REKTOR Binus University Harjanto Prabowo menyatakan orang-orang Indonesia lupa tentang betapa pentingnya anak didik punya keterampilan untuk hidup (life skill), bukan cuma memiliki nilai matematika tinggi.Selama ini semua yang dipelajari di sekolah hanya diukur dengan nilai akademik. Dalam materi Mengelola Pengetahuan di Sekolah; Pendekatan Sistem Leadership kepada para guru peserta School Executive Excursion 2015, Harjanto berkata anak didik tidak hidup hanya di sekolah.

 Mereka juga bagian dari kelompok di masyarakat dan lingkungannya. Jangan sampai pendidikan sudah level SMA, tapi si anak tak punya life skill seusia anak SMA. "Mereka tidak bisa cepat ambil keputusan, sulit menyelesaikan masalahnya sendiri lewat pengetahuan yang didapatnya di sekolah. Jangan sampai pelajaran di sekolah bagus semua, tapi tidak membuat si anak punya kemampuan menyelesaikan masalahnya di lingkungan," kata Harjanto (Kompas.com, 5/9). "Pada akhirnya, kita cuma mendidik anak-anak kita menjadi robot, yang tak mengerti apa-apa.

 Banyak sarjana kita yang seperti ini setelah mereka lulus. Perusahaan menuntut ini-itu, tapi ternyata si sarjana tak bisa apa-apa," ujarnya. Jika ditarik garis lurus, semua itu bermuara pada pendidikan. Data menunjukkan dalam dimensi pendidikan rata-rata lama sekolah, Indonesia hanya 5,8 tahun. Ini jauh di bawah negara ASEAN lain seperti Singapura (10,1 tahun), Malaysia (9,5 tahun), Filipina (8,9 tahun), Brunei Darussalam (8,6 tahun), dan Thailand (6,6 tahun). Itu baru soal durasi, belum bicara kualitas pendidikan terkait kurikulum yang kerap gonta-ganti, tenaga pendidik andalannya guru honorer murni, tambal sulam kebijakan, dana pendidikan selalu kurang, sekolah-sekolah rusak, dan lain-lain. 

Di sekolah anak-anak dididik mimpi, Indonesia negeri kaya raya, sumber alamnya melimpah. Anak-anak Indonesia harus tahu, Indonesia bukan lagi seperti itu. Para pendidik harus jujur ke anak didik bahwa Indonesia sudah semakin rusak. Hasil buminya menipis, bahkan sebagian sudah habis. Korupsi merajalela, dengan utang negara bejibun harus dipikul generasi mereka. Jujur paparkan secara realistis kondisi itu agar anak-anak berpikir ke depan dia mau apa dan harus berbuat apa.

 Kondisikan mereka untuk menyiapkan diri bagi dirinya sendiri dan negaranya menghadapi semua kondisi itu. Pendidikan karakter menyiapkan anak didik siap menyambut masa depan yang realistis, dan dengan bekal life skill siap menghadapi zaman yang terus berubah. ***

0 komentar: