DI bawah judul Tragedi yang Mengguncang Kita Semua, media Arab News dalam tajuknya, Sabtu (26/9), menyerukan untuk berhenti mengeritik pemerintah Kerajaan Arab Saudi terkait tragedi Mina yang menewaskan lebih 700 jemaah haji Kamis lalu.
"Kerajaan kerap mendapat kritikan tidak adil dari beberapa pihak di dunia muslim. Ini harus dihentikan," tulis Arab News (detik-news, 26/9).
Media itu mengulang pernyataan resmi otoritas Saudi yang menyalahkan ketidakdisiplinan jemaah dalam tragedi Mina 24 September itu. Para jemaah yang membawa tas saat berjalan dan tidak mengikuti instruksi telah menjadi penyebab awalnya, tukas editorial itu.
"Tidak ada aparat keamanan di dunia yang secara fisik bisa mengendalikan kerumunan yang membengkak menjadi jutaan dalam waktu dan tempat yang terbatas," tulisnya. "Menangani 2 hingga 3 juta muslim dari 164 negara dengan kultur yang berbeda adalah sebuah tugas raksasa. Tidak ada seorang pun di dunia yang punya pengalaman seperti otoritas di sini dalam memastikan pelaksanaan haji yang lancar."
Selanjutnya media itu mengangkat keseriusan pengorbanan Arab Saudi dalam pengelolaan ibadah haji. "Kerajaan menghabiskan miliaran rial untuk manajemen haji dan mengerahkan sumber daya terbaik untuk melaksanakan proyek-proyek raksasa di tempat-tempat suci. Kerajaan menganggap tugas ini sebagai kewajiban islaminya. Pemerintah tidak mengambil keuntungan apa pun dari operasi masif haji ini," ujar Arab News.
Sikap media propemerintah Kerajaan Arab Saudi itu bisa dipahami. Tidak pada tempatnya mengeritik dengan nada menyalahkan Kerajaan Arab Saudi atas terjadinya tragedi Mina Kamis lalu. Lebih karena pemerintah setempat tidak mengada-ada tentang adanya jemaah yang kurang disiplin sebagai penyebab awal tragedi. Lebih dari semua itu, Arab News menulis demikian tegas untuk menghentikan kritik terhadap pemerintah Kerajaan Arab Saudi, terutama atas kritik yang bersifat politis, bahkan secara terbuka mendiskreditkan penguasa Saudi.
Salah satu tudingan itu seperti yang dikutip Tribun Internasional (26/9), kantor berita resmi Iran, FARS, melaporkan konvoi putra Raja Salman Al Saud menyebabkan kepanikan jutaan jemaah haji yang akhirnya menimbulkan situasi kacau. Tentu saja laporan itu dibantah penguasa Saudi. Iran diduga marah karena 131 jemaahnya berada di antara korban tewas dalam tragedi tersebut. Jadi, tajuk Arab News itu juga wujud perang media di balik tragedi yang mengguncang kita semua. ***
"Tidak ada aparat keamanan di dunia yang secara fisik bisa mengendalikan kerumunan yang membengkak menjadi jutaan dalam waktu dan tempat yang terbatas," tulisnya. "Menangani 2 hingga 3 juta muslim dari 164 negara dengan kultur yang berbeda adalah sebuah tugas raksasa. Tidak ada seorang pun di dunia yang punya pengalaman seperti otoritas di sini dalam memastikan pelaksanaan haji yang lancar."
Selanjutnya media itu mengangkat keseriusan pengorbanan Arab Saudi dalam pengelolaan ibadah haji. "Kerajaan menghabiskan miliaran rial untuk manajemen haji dan mengerahkan sumber daya terbaik untuk melaksanakan proyek-proyek raksasa di tempat-tempat suci. Kerajaan menganggap tugas ini sebagai kewajiban islaminya. Pemerintah tidak mengambil keuntungan apa pun dari operasi masif haji ini," ujar Arab News.
Sikap media propemerintah Kerajaan Arab Saudi itu bisa dipahami. Tidak pada tempatnya mengeritik dengan nada menyalahkan Kerajaan Arab Saudi atas terjadinya tragedi Mina Kamis lalu. Lebih karena pemerintah setempat tidak mengada-ada tentang adanya jemaah yang kurang disiplin sebagai penyebab awal tragedi. Lebih dari semua itu, Arab News menulis demikian tegas untuk menghentikan kritik terhadap pemerintah Kerajaan Arab Saudi, terutama atas kritik yang bersifat politis, bahkan secara terbuka mendiskreditkan penguasa Saudi.
Salah satu tudingan itu seperti yang dikutip Tribun Internasional (26/9), kantor berita resmi Iran, FARS, melaporkan konvoi putra Raja Salman Al Saud menyebabkan kepanikan jutaan jemaah haji yang akhirnya menimbulkan situasi kacau. Tentu saja laporan itu dibantah penguasa Saudi. Iran diduga marah karena 131 jemaahnya berada di antara korban tewas dalam tragedi tersebut. Jadi, tajuk Arab News itu juga wujud perang media di balik tragedi yang mengguncang kita semua. ***
0 komentar:
Posting Komentar