PENURUNAN harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dinilai sebagai cara ampuh untuk meringankan beban rakyat di tengah merosotnya daya beli akibat pelemahan ekonomi nasional saat ini.
Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Lembaga Penelitian Ekomomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto menyatakan perubahan harga BBM, naik atau turun, sangatlah berpengaruh besar bagi angka kemiskinan di Indonesia.
Berdasarkan penelitian LPEM UI, setiap penurunan 5% harga premium, atau sekitar Rp400, sebanyak 165 ribu orang (miskin) bisa "terselamatkan.' "Itu hitungan kami.
Ini bisa jadi solusi," ujar Teguh. (Kompas.com, 21/9) Angka kemiskinan yang baru dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bertambah 860 ribu orang dari September 2014 ke Maret 2015, menurut Teguh, disebabkan kenaikan harga BBM pada akhir tahun lalu—yang memicu kenaikan harga kebutuhan utama rakyat. Adanya kaitan naik turunnya harga BBM dengan angka kemiskinan itu memberi harapan bagi usaha mengurangi kemiskinan dengan tren harga BBM yang terus menurun, dari atas 100 dolar AS medio tahun lalu jadi 44,68 dolar AS per barel Jumat (19/9) untuk jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober.
Pada Jumat itu saja, harga turun 2,22 dolar AS per barel. Artinya, agar para pengelola negara ini bisa memanfaatkan peluang turunnya harga BBM dunia untuk mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia. Jangan sampai kekonyolan terjadi berkepanjangan, harga BBM dunia turun lebih 50%, angka kemiskinan di Indonesia justru naik signifikan. Penguatan kaitan harga BBM dengan angka kemiskinan itu perlu dilakukan dengan penuh kesungguhan, lebih lagi dengan perhitungan raksasa keuangan dunia Goldman Sach harga
BBM akan terus turun hingga ke posisi 20 dolar AS per barel. Itu karena negara anggota OPEC terus memompa produksi minyaknya, hingga suplai minyak dunia menjadi 96,4 juta barel per hari, dari kebutuhan hanya 93,5 juta barel per hari. Hingga pekan lalu, kelebihan pasokan sudah 458 juta barel. (Kompas.com, 14/9) Kontroversi peningkatan signifikan jumlah orang miskin di balik turun dramatisnya harga minyak dunia itu adalah dana hasil memangkas subsidi BBM di APBN tidak terserap sesuai jadwal hingga mengakibatkan pelambatan ekonomi nasional.
Jadi, pemangkasan subsidi BBM dengan menaikkan harganya meningkatkan angka kemiskinan, lalu dana hasil pangkasan subsidi BBM itu tak terserap tepat waktu menyebabkan pelambatan ekonomi. Sempurna konyolnya! ***
Ini bisa jadi solusi," ujar Teguh. (Kompas.com, 21/9) Angka kemiskinan yang baru dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bertambah 860 ribu orang dari September 2014 ke Maret 2015, menurut Teguh, disebabkan kenaikan harga BBM pada akhir tahun lalu—yang memicu kenaikan harga kebutuhan utama rakyat. Adanya kaitan naik turunnya harga BBM dengan angka kemiskinan itu memberi harapan bagi usaha mengurangi kemiskinan dengan tren harga BBM yang terus menurun, dari atas 100 dolar AS medio tahun lalu jadi 44,68 dolar AS per barel Jumat (19/9) untuk jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober.
Pada Jumat itu saja, harga turun 2,22 dolar AS per barel. Artinya, agar para pengelola negara ini bisa memanfaatkan peluang turunnya harga BBM dunia untuk mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia. Jangan sampai kekonyolan terjadi berkepanjangan, harga BBM dunia turun lebih 50%, angka kemiskinan di Indonesia justru naik signifikan. Penguatan kaitan harga BBM dengan angka kemiskinan itu perlu dilakukan dengan penuh kesungguhan, lebih lagi dengan perhitungan raksasa keuangan dunia Goldman Sach harga
BBM akan terus turun hingga ke posisi 20 dolar AS per barel. Itu karena negara anggota OPEC terus memompa produksi minyaknya, hingga suplai minyak dunia menjadi 96,4 juta barel per hari, dari kebutuhan hanya 93,5 juta barel per hari. Hingga pekan lalu, kelebihan pasokan sudah 458 juta barel. (Kompas.com, 14/9) Kontroversi peningkatan signifikan jumlah orang miskin di balik turun dramatisnya harga minyak dunia itu adalah dana hasil memangkas subsidi BBM di APBN tidak terserap sesuai jadwal hingga mengakibatkan pelambatan ekonomi nasional.
Jadi, pemangkasan subsidi BBM dengan menaikkan harganya meningkatkan angka kemiskinan, lalu dana hasil pangkasan subsidi BBM itu tak terserap tepat waktu menyebabkan pelambatan ekonomi. Sempurna konyolnya! ***
0 komentar:
Posting Komentar