MERUNCINGNYA konflik Arab Saudi versus Iran semakin terbuka, mulai melibatkan massa. Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran pada Sabtu diserang massa yang mengecam eksekusi mati terhadap ulama terkemuka Syiah, Nimr al Nimr, dengan dakwaan terorisme.
Iranian Student News Agency (ISNA) dikutip AFP melaporkan serangan itu terjadi beberapa jam usai eksekusi Nimr. Massa melempar bom molotov, merusak interior gedung, lalu naik ke atap menurunkan bendera Saudi. "Polisi ada di mana-mana dan telah membubarkan demonstran, beberapa demonstran telah ditangkap," ujar seorang saksi mata. (detik-news, 3/1)
Nimr ulama terkemuka Syiah yang punya pengaruh besar di kalangan warga Syiah Iran dan Irak. Ia belajar teologi di Iran lebih dari satu dekade. Ulama paling senior Iran, Ayatollah Ahmad Khatami, mengatakan eksekusi terhadap Nimr akan memicu aksi pembalasan yang akan membuat para penguasa Saudi “terhapus” dari halaman sejarah. Menurut Khatami, seperti dilansir kantor berita Mehr yang dikutip Reuter (2/1), eksekusi Nimr mencerminkan sikap “jahat” keluarga penguasa Saudi. "Dunia Islam diharapkan akan memprotes dan mengecam rezim terkenal ini sekeras-kerasnya," tegas Khatami.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dikutip AFP (3/1) menyerang balik Khatami dengan menyebut Iran tak tahu malu karena telah mensponsori terorisme, tapi menuduh orang lain mendukung tindakan terorisme. Iran juga disebut telah merusak stabilitas regional dengan mengeluarkan pernyataan yang bisa menimbulkan pertikaian diplomatik.
Hubungan Saudi dan Iran memanas sejak Saudi diminta bantuan oleh pemerintahan sah Yaman untuk merebut kembali kekuasaannya dari pemberontak Houthi (Syiah) yang menguasai Ibu Kota Sanaa sejak 23 Januari 2015. Iran dituduh berada di belakang pemberontak Houthi, minoritas di utara Yaman tapi berhasil menggulingkan rezim lanjutan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah berkuasa lebih 30 tahun.
Tanpa dukungan Iran tak dapat dibayangkan pemberontak Houthi mampu mempertahankan Sanaa setelah digempur serangan udara koalisi di bawah Arab Saudi selama lebih enam bulan. Selain itu, Houthi juga diserang pemberontak Yaman lainnya yang berafiliasi Al Qaeda, juga sel-sel ISIS yang acap melakukan serangan bom bunuh diri, selain tentu tentara pemerintah Yaman yang sah.
Situasi Syiah di Timur Tengah yang sedemikian tak aneh bila membuat tokoh Syiah terkemuka, seperti Nimr yang tinggal di Saudi, dicurigai sebagai pemain kunci di balik layar. ***
Nimr ulama terkemuka Syiah yang punya pengaruh besar di kalangan warga Syiah Iran dan Irak. Ia belajar teologi di Iran lebih dari satu dekade. Ulama paling senior Iran, Ayatollah Ahmad Khatami, mengatakan eksekusi terhadap Nimr akan memicu aksi pembalasan yang akan membuat para penguasa Saudi “terhapus” dari halaman sejarah. Menurut Khatami, seperti dilansir kantor berita Mehr yang dikutip Reuter (2/1), eksekusi Nimr mencerminkan sikap “jahat” keluarga penguasa Saudi. "Dunia Islam diharapkan akan memprotes dan mengecam rezim terkenal ini sekeras-kerasnya," tegas Khatami.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dikutip AFP (3/1) menyerang balik Khatami dengan menyebut Iran tak tahu malu karena telah mensponsori terorisme, tapi menuduh orang lain mendukung tindakan terorisme. Iran juga disebut telah merusak stabilitas regional dengan mengeluarkan pernyataan yang bisa menimbulkan pertikaian diplomatik.
Hubungan Saudi dan Iran memanas sejak Saudi diminta bantuan oleh pemerintahan sah Yaman untuk merebut kembali kekuasaannya dari pemberontak Houthi (Syiah) yang menguasai Ibu Kota Sanaa sejak 23 Januari 2015. Iran dituduh berada di belakang pemberontak Houthi, minoritas di utara Yaman tapi berhasil menggulingkan rezim lanjutan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah berkuasa lebih 30 tahun.
Tanpa dukungan Iran tak dapat dibayangkan pemberontak Houthi mampu mempertahankan Sanaa setelah digempur serangan udara koalisi di bawah Arab Saudi selama lebih enam bulan. Selain itu, Houthi juga diserang pemberontak Yaman lainnya yang berafiliasi Al Qaeda, juga sel-sel ISIS yang acap melakukan serangan bom bunuh diri, selain tentu tentara pemerintah Yaman yang sah.
Situasi Syiah di Timur Tengah yang sedemikian tak aneh bila membuat tokoh Syiah terkemuka, seperti Nimr yang tinggal di Saudi, dicurigai sebagai pemain kunci di balik layar. ***
0 komentar:
Posting Komentar