KRISIS pengungsi yang berujung krisis kemanusiaan kian menghantui Eropa. Jumat dini hari pekan lalu, dalam cekaman musim dingin 44 orang pengungsi termasuk 20 anak tewas akibat tiga perahu kayu yang mereka tompangi tenggelam di Laut Tengah dalam perjalanan menuju Yunani dari Turki.
Dalam cuaca musim dingin, ribuan orang mengungsi dengan penderitaan mengiringi langkah mereka meninggalkan negerinya, Suriah, yang kacau oleh kecamuk perang antara berbagai pihak, untuk mendapatkan hidup yang lebih baik di Eropa. (Kompas.com, 23/1)
Tapi, para penjaga pantai Yunani dan Turki menemukan keganasan laut yang dilalui lebih dahulu merenggut nyawa sebagian mereka. Sejauh ini Jerman dan Turki menjadi pemain kunci dalam krisis migrasi yang terparah menggoncang Eropa sejak Perang Dunia II itu. Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu bersama menteri terkait di kabinetnya membahas antisipasi tingginya arus pengungsi baru yang akan memasuki Eropa. Merkel sendiri, yang tak membatasi pengungsi masuk negerinya, sudah mendapat tekanan di dalam negerinya. Sepanjang 2015, Jerman menampung 1,1 juta pengungsi.
Para pemimpin Uni Eropa telah menjanjikan dana senilai 3 miliar euro kepada Turki untuk membantu para pengungsi Suriah. Bantuan ini diharapkan bisa mengurangi jumlah pengungsi meninggalkan Turki dan menuju ke Eropa. Namun, negara-negara Uni Eropa masih berselisih mengenai berapa banyak setiap negara harus membayar untuk membantu 2,2 juta pengungsi Suriah yang menyinggahi Turki.
Sementara Davutoglu menegaskan bukan dana masalahnya, bahkan ia tak akan minta pada Merkel dana yang telah dijanjikan. Ia mendesak "langkah konkret" Uni Eropa untuk membantu Turki mengatasi krisis pengungsi. "Kami tidak minta uang. Kami tidak negosiasi soal dana. Bagi kami, ini soal tugas kemanusiaan," kata Davutoglu. "Yang kami minta solidaritas, empati. Kami akan membahas ini dengan Merkel, dan kami berharap langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini."
Di Eropa, krisis pengungsi kian mencekam. Austria menjadi negara terbaru yang menyulut ketegangan, membatasi kedatangan pencari suaka. Menlu Austria Sebastian Kurz mengatakan langkah itu jadi "peringatan" untuk menekan Eropa mencari penyelesaian bersama. Ini tragedi kemanusiaan terburuk. Di Suriah, semua pihak dengan ambisi kekuasaan terus saling bunuh, rakyat lari menyabung nyawa mencari tempat aman untuk bertahan hidup, tapi negara tujuan menolak mereka. ***
Tapi, para penjaga pantai Yunani dan Turki menemukan keganasan laut yang dilalui lebih dahulu merenggut nyawa sebagian mereka. Sejauh ini Jerman dan Turki menjadi pemain kunci dalam krisis migrasi yang terparah menggoncang Eropa sejak Perang Dunia II itu. Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu bersama menteri terkait di kabinetnya membahas antisipasi tingginya arus pengungsi baru yang akan memasuki Eropa. Merkel sendiri, yang tak membatasi pengungsi masuk negerinya, sudah mendapat tekanan di dalam negerinya. Sepanjang 2015, Jerman menampung 1,1 juta pengungsi.
Para pemimpin Uni Eropa telah menjanjikan dana senilai 3 miliar euro kepada Turki untuk membantu para pengungsi Suriah. Bantuan ini diharapkan bisa mengurangi jumlah pengungsi meninggalkan Turki dan menuju ke Eropa. Namun, negara-negara Uni Eropa masih berselisih mengenai berapa banyak setiap negara harus membayar untuk membantu 2,2 juta pengungsi Suriah yang menyinggahi Turki.
Sementara Davutoglu menegaskan bukan dana masalahnya, bahkan ia tak akan minta pada Merkel dana yang telah dijanjikan. Ia mendesak "langkah konkret" Uni Eropa untuk membantu Turki mengatasi krisis pengungsi. "Kami tidak minta uang. Kami tidak negosiasi soal dana. Bagi kami, ini soal tugas kemanusiaan," kata Davutoglu. "Yang kami minta solidaritas, empati. Kami akan membahas ini dengan Merkel, dan kami berharap langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini."
Di Eropa, krisis pengungsi kian mencekam. Austria menjadi negara terbaru yang menyulut ketegangan, membatasi kedatangan pencari suaka. Menlu Austria Sebastian Kurz mengatakan langkah itu jadi "peringatan" untuk menekan Eropa mencari penyelesaian bersama. Ini tragedi kemanusiaan terburuk. Di Suriah, semua pihak dengan ambisi kekuasaan terus saling bunuh, rakyat lari menyabung nyawa mencari tempat aman untuk bertahan hidup, tapi negara tujuan menolak mereka. ***
0 komentar:
Posting Komentar