TERORISME belakangan ini telah berkembang menjadi cara terbodoh untuk bunuh diri. Seperti yang baru terjadi di kawasan Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1), lima orang teroris yang melakukan serangan hari itu semuanya tewas. Tiga bunuh diri dengan meledakkan bom di rompi yang dipakainya, dua lainnya tertembak polisi.
Terlalu bodohnya lagi, mereka sudah dipastikan akan berakhir dengan kematian dalam setiap aksinya tersebut. Sehingga, hanya cara berpikir sesat yang dirasukkan ke dirinyalah yang bisa membuatnya nekat untuk siap menempuh jalan kematian dengan bunuh diri sebagai pilihannya sendiri itu.
Untuk mencegah orang, terutama belia, agar tidak terperosok ke jalan pemikiran sesat itu tentu menjadi kewajiban masyarakat, terutama para ulama dan guru. Masyarakat bangsa melalui pemerintah dan perangkatnya harus bisa melindungi segenap warganya dari pengaruh ajaran sesat tersebut.
Intinya tentu pada ulama dan guru untuk menanamkan keyakinan yang benar kepada setiap umat dan warga bahwa tak ada jalan kemuliaan dengan bunuh diri, pakai cara apa pun! Bagaimana mungkin ada kemuliaan bagi orang yang melakukan pengorbanan dengan bunuh diri hanya untuk membunuh orang yang sedang minum kopi di warung, atau orang yang sedang jualan atau belanja di pasar.
Untuk bunuh diri dan mencari kemuliaan di akhirat tentunya harus pakai logika atau akal sehat juga, apa gerangan salah dan apa dosa orang-orang yang minum di warung dan belanja di pasar itu kalau dia bunuh bisa memberikan kemuliaan surga pada dirinya? Jelas, hanya orang yang amat bodoh yang berpikir dengan membunuh orang yang minum kopi di warung dan belanja di pasar bisa masuk surga.
Karena itu, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan kemerdekaan bangsa harus bisa dilakukan secara maksimal. Sejauh masih ada warga bangsa kita yang menempuh cara terbodoh untuk bunuh diri lewat jalan terorisme, jadi petunjuk usaha mencerdaskan kehidupan bangsa itu masih harus dilakukan dengan lebih baik lagi.
Di sisi lain, masih acapnya anak-anak bangsa terjerumus dalam kesesatan untuk bunuh diri dengan cara terbodoh itu, terlihat implementasi dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa cenderung masih terlalu berat ke sisi kehidupan duniawi—yang sifatnya justru hanya sementara.
Untuk itu, dunia pendidikan perlu didorong mencapai keseimbangan antara pendidikan duniawi dan ukhrowi sehingga cara berpikir yang benar dan tepat bisa menjaga segenap warga bangsa dari pengaruh ajaran sesat. ***
Intinya tentu pada ulama dan guru untuk menanamkan keyakinan yang benar kepada setiap umat dan warga bahwa tak ada jalan kemuliaan dengan bunuh diri, pakai cara apa pun! Bagaimana mungkin ada kemuliaan bagi orang yang melakukan pengorbanan dengan bunuh diri hanya untuk membunuh orang yang sedang minum kopi di warung, atau orang yang sedang jualan atau belanja di pasar.
Untuk bunuh diri dan mencari kemuliaan di akhirat tentunya harus pakai logika atau akal sehat juga, apa gerangan salah dan apa dosa orang-orang yang minum di warung dan belanja di pasar itu kalau dia bunuh bisa memberikan kemuliaan surga pada dirinya? Jelas, hanya orang yang amat bodoh yang berpikir dengan membunuh orang yang minum kopi di warung dan belanja di pasar bisa masuk surga.
Karena itu, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan kemerdekaan bangsa harus bisa dilakukan secara maksimal. Sejauh masih ada warga bangsa kita yang menempuh cara terbodoh untuk bunuh diri lewat jalan terorisme, jadi petunjuk usaha mencerdaskan kehidupan bangsa itu masih harus dilakukan dengan lebih baik lagi.
Di sisi lain, masih acapnya anak-anak bangsa terjerumus dalam kesesatan untuk bunuh diri dengan cara terbodoh itu, terlihat implementasi dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa cenderung masih terlalu berat ke sisi kehidupan duniawi—yang sifatnya justru hanya sementara.
Untuk itu, dunia pendidikan perlu didorong mencapai keseimbangan antara pendidikan duniawi dan ukhrowi sehingga cara berpikir yang benar dan tepat bisa menjaga segenap warga bangsa dari pengaruh ajaran sesat. ***
0 komentar:
Posting Komentar