AFIRMASI lembaga pemeringkat Moody's Investors Service yang diumumkan lewat siaran pers, Kamis (28/1), menempatkan sovereign credit rating Republik Indonesia pada Baa3 atau stable outlook, yang berarti RI mencapai level layak investasi (investment grade).
Beberapa faktor kunci yang mendukung keputusan afirmasi bagi sovereign credit rating Indonesia adalah pengelolaan keuangan pemerintah yang kuat di tengah peningkatan defisit fiskal dan respons kebijakan otoritas yang efektif dalam mengelola risiko penurunan harga komoditas dan pelemahan pertumbuhan ekonomi. (Kompas.com, 28/1)
Outlook stabil juga mencerminkan tetap kuatnya ketahanan Indonesia terhadap tekanan eksternal yang bersumber dari penurunan harga komoditas dan volatilitas pasar keuangan global. Meski tekanan eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi masih berlangsung, perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan lebih baik dibandingkan negara dengan peringkat yang sama.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyambut baik afirmasi Moody's tersebut. "Afirmasi Moody's ini menegaskan pengakuan terhadap kekuatan perekonomian Indonesia dalam menghadapi penurunan perekonomian dan volatilitas keuangan global," tegasnya. "Keseimbangan antara kebijakan moneter dan fiskal serta reformasi struktural yang berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan untuk mencapai pertumbuhan Indonesia yang lebih berkualitas." Peringkat layak investasi itu tentu membantu dalam mengundang investor ke daerah.
Namun, kesiapan daerah menerima investor juga jadi pertimbangan tersendiri. Terutama, menyangkut infrastruktur, baik untuk suplai bahan baku, kecukupan energi untuk produksi, maupun fasilitas pengiriman produknya ke pasar domestik dan global. Kesiapan infrastruktur itu baru yang bersifat fisik. Faktor lain yang tak kalah penting dukungan sosiopolitik dan kultural masyarakat dalam menerima investor.
Daerah yang politikusnya, premannya, dan ormasnya terkenal suka merecoki investor, hingga investor banyak yang kabur meninggalkan modalnya kocar-kacir di daerah itu, bisa terkendala untuk mendatangkan investor baru, apalagi yang berskala besar. Artinya, setiap daerah provinsi dan kabupaten membuat standar layak investasi tersendiri.
Terutama, terkait infrastruktur fisik, energi, sosiopolitik, dan kultural, kalau ada yang kurang dicukupi, kalau ada masalah tuntaskan. Sebab, capek pun daerah promosi investasi, kalau investor mencium trauma investasi tertentu, hasilnya kurang optimal. ***
Outlook stabil juga mencerminkan tetap kuatnya ketahanan Indonesia terhadap tekanan eksternal yang bersumber dari penurunan harga komoditas dan volatilitas pasar keuangan global. Meski tekanan eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi masih berlangsung, perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan lebih baik dibandingkan negara dengan peringkat yang sama.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyambut baik afirmasi Moody's tersebut. "Afirmasi Moody's ini menegaskan pengakuan terhadap kekuatan perekonomian Indonesia dalam menghadapi penurunan perekonomian dan volatilitas keuangan global," tegasnya. "Keseimbangan antara kebijakan moneter dan fiskal serta reformasi struktural yang berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan untuk mencapai pertumbuhan Indonesia yang lebih berkualitas." Peringkat layak investasi itu tentu membantu dalam mengundang investor ke daerah.
Namun, kesiapan daerah menerima investor juga jadi pertimbangan tersendiri. Terutama, menyangkut infrastruktur, baik untuk suplai bahan baku, kecukupan energi untuk produksi, maupun fasilitas pengiriman produknya ke pasar domestik dan global. Kesiapan infrastruktur itu baru yang bersifat fisik. Faktor lain yang tak kalah penting dukungan sosiopolitik dan kultural masyarakat dalam menerima investor.
Daerah yang politikusnya, premannya, dan ormasnya terkenal suka merecoki investor, hingga investor banyak yang kabur meninggalkan modalnya kocar-kacir di daerah itu, bisa terkendala untuk mendatangkan investor baru, apalagi yang berskala besar. Artinya, setiap daerah provinsi dan kabupaten membuat standar layak investasi tersendiri.
Terutama, terkait infrastruktur fisik, energi, sosiopolitik, dan kultural, kalau ada yang kurang dicukupi, kalau ada masalah tuntaskan. Sebab, capek pun daerah promosi investasi, kalau investor mencium trauma investasi tertentu, hasilnya kurang optimal. ***
0 komentar:
Posting Komentar