Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Membangun Inti Peradaban

“BUAT apa jadi aktivis antikorupsi demi alasan membangun peradaban?" tegur Kakek ke Cucu. "Peradaban tumbuh simultan secara universal! Orang luar negeri membuat pesawat, ponsel, dan kecanggihan lain tanda kemajuan peradaban umat manusia, kita tinggal ikut memakainya! Devisa hasil kekayaan alam negeri kita masih cukup untuk membelinya!" 

"Silakan generasi Kakek puas jadi konsumen dengan menguras kekayaan alam negeri untuk membayarnya!" jawab Cucu. "Tapi kekayaan alam kita habis, makin jauh tertinggal sebagai produsen kemajuan peradaban, masyarakat kita kedodoran pula dalam inti peradaban!" "Inti peradaban apaan?" entak Kakek. "Peradaban (civilization) dalam kamus Webster Universal disebut an advanced stage of social culture; moral and cultural refinement, suatu tingkat kemajuan sosial budaya, dengan moral dan kultural berbudi pekerti luhur. Refinement, menyuling sampai intinya suci-murni, bersih dari segala noda!" jelas Cucu. 

"Jadi kenapa antikorupsi, sebab korupsi (KKN) bertentangan dengan peradaban hingga secara universal digolongkan kejahatan luar biasa! Inti peradaban pada moral dan kultural yang suci-murni, bersih dari segala noda!" "Dengan kesucimurnian moral dan kultural sebagai inti peradaban, itu sejalan dengan pembangunan peradaban Islam yang berbasis prinsip amar makruf nahi mungkar!" timpal Kakek. "Prinsip itu tak bisa ditawar-tawar! Tapi dengan itu tugas membangun inti peradaban berada di pundak kiai dan guru!" "Kakek betul 100 persen!" sambut Cucu. 

"Tapi di luar lingkup santri, kiai sebatas memberi saran! Guru kurang maksimal akibat teregulasi oleh birokrasi pendidikan yang berorientasi kepentingan kekuasaan!" "Inti peradaban jadi seperti magma, output-nya membentuk tubuh gunung terus menjulang!" tukas Kakek. "Tapi kalau magmanya tak cukup untuk membentuk peradaban, malah menebar gas beracun mematikan makhluk sekitar!" 

"Gambaran Kakek mengerikan!" timpal Cucu. "Kecenderungannya, peradaban universal yang maju kita beli untuk dibuat kulit atau botolnya, sedang inti peradaban kita sendiri sebagai isinya justru membusuk! Bermula dari political decay, pembusukan politik oleh korupsi, merasuk ke semua sendi kehidupan bangsa! Tak kecuali Kementerian Agama!" *** 

Tulisan ini pernah di muat pada edisi 28 Mei 2013

0 komentar: