Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

The Wisdom of The Kangkung

KOKI ditugasi menyiapkan menu tetap masakan kangkung parit untuk makan siang bos setiap minggu. Ia tanya bos, "Kenapa mesti kangkung parit? Kangkung urat banyak di pasar?" 

"Kangkung parit itu alami, hidup di alam bebas, tangkai dan daunnya lebih besar dan lebih segar!" jawab bos. "Tapi ada yang tumbuh liar di parit belakang rumah, terlihat kurang bersih!" tukas koki. "Justru karena itu orang enggan mengambil!" timpal bos. "Karena orang enggan, ibuku dulu setiap hari bisa dapat banyak kangkung parit di seputar kampung kami, dari parit dekat rumah warga, tepian irigasi, dan rawa untuk dijual di pasar sebagai penambah petikan kangkung dari sepetak sawah kami!" "Jadi ibunya bos dulu bisnis kangkung parit?" kejar koki. 

"Bukan bisnis, melainkan mencari kangkung parit dan dijual ke pasar!" tegas bos. "Sebelum dibawa ke pasar, kangkung dicuci bersih di ember besar, lalu diikat setiap sepuluh tangkai! Sampai pasar menjelang subuh kangkungnya terlihat bersih dan segar! Biasanya begitu sampai dikerubuti pedagang untuk dijual lagi di warung rumah mereka!" "Kok bos fasih menceritakannya?" tanya koki. "Karena sejak SMP sampai tamat SMA saya membantu ibuku mencari, membersihkan, dan mengikat kangkung!" jawab bos. "Bahkan, biaya kuliahku di Jawa, tabungan dan kiriman ibu dari uang hasil jualan kangkung parit!" Koki terkesiap! "Jadi menu kangkung parit tiap minggu itu buat bos nostalgia?" tanya koki. 

"Bukan sekadar nostalgia!" jawab bos. "Pilihan menu tetap kangkung parit itu agar orang-orang seperti ibuku di mana pun dia berada selalu mendapat pembeli! 

Lebih dari itu, untuk mengokohkan akar sejarah keluarga dengan memperkuat terus-menerus kesadaran dari mana kami berasal! Khususnya buat anak-anakku agar tak sombong apalagi takabur, semua yang telah dicapai keluarga sejauh ini semata rahmat Ilahi, berkat kerja keras nenek mereka dan ketekunanku belajar!" "Dari mana sumber wisdom itu?" kejar koki. "Kuperoleh dari teman kuliahku, ada anak raja karet, anak raja kemenyan! Mereka banyak uang, tapi belajar sungguh-sungguh, yakin masa depan ada pada kualitas manusia yang dicapai lewat belajar!" jelas bos. "Jika anak raja karet saja begitu serius belajar, apalagi aku cuma anak kangkung parit!" *** 

Tulisan ini pernah diterbitkan pada edisi 2 Januari 2013

0 komentar: