Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Media Dominan Kalahkan Parpol!

KETUA Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)Muhaimin Iskandar mengatakan, media massa di era demokrasi yang terbuka ini mengalahkan peran partai politik (parpol). "Media dominan mengalahkan parpol untuk pencitraan, untuk membangun tingkat kepercayaan publik," ujar Muhaimin dalam International Conference of Asian Political Parties 2016 di Senayan, Sabtu. (Kompas.com, 22/4/2016)

Hal itu diangkat Muhaimin sebagai salah satu sisi negatif demokrasi terkait persaingan tokoh untuk mencari popularitas yang kian terbuka. Selain itu, menurut dia, para politikus tak jarang menggunakan politik uang untuk mendekatkan diri ke masyarakat demi mencari popularitasnya. 

Mengapa di era demokrasi yang terbuka ini media massa mengalahkan peran parpol, terutama dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dan kepentingan publik, mungkin harus dilihat dari perbedaan realitas hidup kedua lembaga tersebut. 

Media massa atau pers eksis dengan pemilihan umum lewat pasar yang berlangsung setiap hari (electoral market system). Ia dipilih oleh rakyat (dilanggani pembaca atau diikuti audiensnya) berdasarkan siarannya yang mencerminkan aspirasi rakyat dan memperjuangkan kepentingan publik. 

Ketika sebuah media tak lagi memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat, dia akan ditinggalkan pembaca atau audiensnya. Itu berarti dukungan finansial untuk kehidupan media tersebut berakhir. Dengan begitu media massa selalu setia memperjuangkan aspirasi dan kepentingan publik justru sebagai syarat mutlak untuk bertahan hidup. 

Sedangkan parpol, eksistensi dan perannya ditentukan hasil pemilu lima tahun sekali untuk lolos parliament tresholds. Untuk lolos itu, para politikus kader parpol, seperti dikatakan Muhaimin, menggunakan politik uang agar rakyat memilih dirinya. 

Celakanya, ada politikus yangmenganggap dengan politik uang itu ia telah membeli tuntas suara pemilihnya. Sehingga, saat duduk di legislatif atau eksekutif tak memperjuangkan aspirasi rakyat dan kepentingan publik, tapi lebih asyik dengan kepentingan pribadi dan golongannya. Tak peduli itu merugikan rakyat, seperti menghapus hak rakyat dalam UU Pemilukada--yang dikoreksi MK. 

Lebih dari itu, media massa dominan merekrut wartawannya pakai standar kualitas, dengan kredibilitas dan profesionalitas diuji sungguh-sungguh, mulai dari IPK kelulusan minimum 3, tes psikologis special assesment, tes lanjutan selama pelatihan.

Hasilnya, Muhaimin menilai media dominan mengalahkan parpol!***

0 komentar: