PANGLIMA Kostrad Letjen Edy Rahmayadi mengatakan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI AD kini telah bersiap di perairan perbatasan Malaysia—Filipina untuk masuk ke Sulu, Filipina, menyelamatkan 14 WNI dengan membebaskan mereka dari penyanderaan oleh kelompok teroris Abu Sayyaf.
Menurut Edy, laporan intel tentara Filipina telah memastikan keberadaaan sandera di Sulu, pulau tempat kelahiran pendiri Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari 77 tahun lalu. Itu berarti, andai laporan intel itu benar, upaya pembebasan sandera secara militer juga tidak mudah. Mungkin karena itu militer Filipina tidak kunjung menyerbu ke Sulu untuk membebaskan sandera, bantuan yang telah dijanjikan presiden, menlu, dan panglima angkatan bersenjata Filipina kepada Menlu RI Retno Marsudi.
Masalahnya, selain kelompok Abu Sayyaf sendiri teroris terlatih yang didirikan ratusan jebolan gerilyawan mujahidin Afghanistan mengusir pendudukan Uni Soviet sehingga pasukan elite Filipina tak sembarangan menghadapinya, Sulu juga markas besar MNLF.
Alexis Romero melaporkan di Philstar.com 8 Februari 2016, komandan pasukan militer gabungan wilayah Sulu Brigjen Alan Arrojado mengatakan pendiri MNLF Nur Misuari Minggu itu bertemu 2.000 pengikutnya, termasuk pimpinan komite revolusioner negara MNLF, para komandan unit angkatan bersenjata Bangsa Moro dan para anggota komite sentral parlemen MNLF di Indanan, Sulu.
Bukan mustahil, dengan cerdik kelompok Abu Sayyaf menyembunyikan sandera di sarang pasukan bersenjata Bangsa Moro, yang sukar ditembus pasukan Filipina. Jangankan ke sarang MNLF, di Basilan saja pasukan elite Filipina pekan lalu kehilangan 18 prajuritnya ketika mendekati kawasan teroris.
Namun, semua itu tentu sudah diperhitungkan TNI yang punya banyak reputasi dalam tugas membebaskan sandera. Kekuatan Abu Sayyaf yang terlatih sekelas mujahidin eks gerilyawan Afghanistan dengan kemampuan mengusir pasukan Uni Soviet mundur pulang kampung itu, justru merangsang untuk menguji ketangguhan pasukan unggulan TNI AD, PPRC.
Ketangguhan pasukan unggulan TNI AD itu layak disampaikan ke pemerintah Filipina agar mereka yakin penugasannya menyelamatkan sandera ada jaminan akan berhasil! Jaminan kemampuan menyelamatkan sandera itu penting karena bagi pemerintah Filipina tentunya, tidak asal serbu tapi malah mencelakakan sandera. Itu sebabnya mungkin militer Filipina tidak tergesa bertindak membebaskan sandera. ***
Masalahnya, selain kelompok Abu Sayyaf sendiri teroris terlatih yang didirikan ratusan jebolan gerilyawan mujahidin Afghanistan mengusir pendudukan Uni Soviet sehingga pasukan elite Filipina tak sembarangan menghadapinya, Sulu juga markas besar MNLF.
Alexis Romero melaporkan di Philstar.com 8 Februari 2016, komandan pasukan militer gabungan wilayah Sulu Brigjen Alan Arrojado mengatakan pendiri MNLF Nur Misuari Minggu itu bertemu 2.000 pengikutnya, termasuk pimpinan komite revolusioner negara MNLF, para komandan unit angkatan bersenjata Bangsa Moro dan para anggota komite sentral parlemen MNLF di Indanan, Sulu.
Bukan mustahil, dengan cerdik kelompok Abu Sayyaf menyembunyikan sandera di sarang pasukan bersenjata Bangsa Moro, yang sukar ditembus pasukan Filipina. Jangankan ke sarang MNLF, di Basilan saja pasukan elite Filipina pekan lalu kehilangan 18 prajuritnya ketika mendekati kawasan teroris.
Namun, semua itu tentu sudah diperhitungkan TNI yang punya banyak reputasi dalam tugas membebaskan sandera. Kekuatan Abu Sayyaf yang terlatih sekelas mujahidin eks gerilyawan Afghanistan dengan kemampuan mengusir pasukan Uni Soviet mundur pulang kampung itu, justru merangsang untuk menguji ketangguhan pasukan unggulan TNI AD, PPRC.
Ketangguhan pasukan unggulan TNI AD itu layak disampaikan ke pemerintah Filipina agar mereka yakin penugasannya menyelamatkan sandera ada jaminan akan berhasil! Jaminan kemampuan menyelamatkan sandera itu penting karena bagi pemerintah Filipina tentunya, tidak asal serbu tapi malah mencelakakan sandera. Itu sebabnya mungkin militer Filipina tidak tergesa bertindak membebaskan sandera. ***
0 komentar:
Posting Komentar