MANTAN Presiden Amerika Serikat 1989—1993 dari Partai Republik, George HW Bush (senior), mengejutkan dunia dengan keputusannya untuk mendukung calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dalam pilpres November 2016 nanti.
Keputusan itu ditafsirkan sebagai bentuk ketidaksukaan Bush kepada calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump. Dukungan Bush ini menyusul langkah sejumlah politisi Partai Republik yang secara terbuka menyatakan dukungan kepada Hillary (Kompas.com, 20/9/2016).
Bush yang sudah berusia 92 tahun ini tidak pernah secara terbuka mengkritik Trump yang mengalahkan putranya, Jeb Bush, dalam persaingan meraih tiket capres Partai Republik. Namun, Bush senior menolak memberikan dukungan kepada Trump dan juga memilih tidak hadir di konvensi Partai Republik yang mengukuhkan Trump sebagai capres.
Pilihan Bush senior ini diketahui publik setelah mantan Wakil Gubernur Maryland Kathleen Kennedy mengunggah hal ini di laman Facebook-nya. Di laman itu, Kathleen juga memperlihatkan fotonya sedang mengunjungi Bush. "Presiden Bush memberi tahu saya bahwa dia akan memilih Hillary," tulis klan keluarga Kennedy itu, dilansir Politico (20/9/2016).
Dukungan Bush senior kepada Hillary itu nyaris mustahil, mengingat pada pilpres untuk masa jabatannya periode kedua, ia dikalahkan oleh Bill Clinton, suami Hillary.
Namun, ini menjadi simpul ketidaksukaan sejumlah konstituen Partai Republik kepada Trump, yang gencar membentuk gerakan Partai Republik untuk Hillary, guna menarik pendukung Partai Republik terutama yang berhaluan moderat.
Namun, semua itu justru membuat Trump semakin cenderung rasialis, khususnya terhadap imigran, yang sengaja ia tonjolkan untuk memperkuat dukungan kalangan established, mayoritas kulit putih negerinya. Kecerdikan Trump mengeksploitasi sentimen negatif mayoritas warga AS itu yang membuat ia bisa bertahan dalam persaingan amat ketat jajak pendapat.
Persaingan ketat itu membuat Hillary sampai jatuh sakit kelelahan. Akhirnya, bagaimana kubu Hillary bisa memantapkan dukungan sayap moderat Partai Republik, menjadi kunci bagi kemenangannya.
Terpenting, jangan terulang sejarah pilpres tahun 2000, calon Demokrat Albert Gore Jr unggul dengan 50.999.897 atau 48,38% suara popular vote, lawan calon Republik George Bush Jr 50.456.002 (47,87% suara), tapi Bush yang menang pilpres karena suaranya didapat dari 271 electoral college, sedang Al Gore 266 electoral. Pengulangan sejarah itu incaran Trump. ***
Bush yang sudah berusia 92 tahun ini tidak pernah secara terbuka mengkritik Trump yang mengalahkan putranya, Jeb Bush, dalam persaingan meraih tiket capres Partai Republik. Namun, Bush senior menolak memberikan dukungan kepada Trump dan juga memilih tidak hadir di konvensi Partai Republik yang mengukuhkan Trump sebagai capres.
Pilihan Bush senior ini diketahui publik setelah mantan Wakil Gubernur Maryland Kathleen Kennedy mengunggah hal ini di laman Facebook-nya. Di laman itu, Kathleen juga memperlihatkan fotonya sedang mengunjungi Bush. "Presiden Bush memberi tahu saya bahwa dia akan memilih Hillary," tulis klan keluarga Kennedy itu, dilansir Politico (20/9/2016).
Dukungan Bush senior kepada Hillary itu nyaris mustahil, mengingat pada pilpres untuk masa jabatannya periode kedua, ia dikalahkan oleh Bill Clinton, suami Hillary.
Namun, ini menjadi simpul ketidaksukaan sejumlah konstituen Partai Republik kepada Trump, yang gencar membentuk gerakan Partai Republik untuk Hillary, guna menarik pendukung Partai Republik terutama yang berhaluan moderat.
Namun, semua itu justru membuat Trump semakin cenderung rasialis, khususnya terhadap imigran, yang sengaja ia tonjolkan untuk memperkuat dukungan kalangan established, mayoritas kulit putih negerinya. Kecerdikan Trump mengeksploitasi sentimen negatif mayoritas warga AS itu yang membuat ia bisa bertahan dalam persaingan amat ketat jajak pendapat.
Persaingan ketat itu membuat Hillary sampai jatuh sakit kelelahan. Akhirnya, bagaimana kubu Hillary bisa memantapkan dukungan sayap moderat Partai Republik, menjadi kunci bagi kemenangannya.
Terpenting, jangan terulang sejarah pilpres tahun 2000, calon Demokrat Albert Gore Jr unggul dengan 50.999.897 atau 48,38% suara popular vote, lawan calon Republik George Bush Jr 50.456.002 (47,87% suara), tapi Bush yang menang pilpres karena suaranya didapat dari 271 electoral college, sedang Al Gore 266 electoral. Pengulangan sejarah itu incaran Trump. ***
0 komentar:
Posting Komentar