Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Jauhkan Pilkada dari Isu SARA!

PERTOLONGAN Ilahiah, itulah yang datang, sehingga pemilihan umum kepala daerah serentak 2017 yang semula di Ibu Kota negara nyaris terseret konflik SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), yang bisa memecah belah bangsa dan menghancurkan negeri, justru di saat klimaks pencalonan gubernur DKI Jakarta terjadi rasionalisasi amat tajam menjauhkan pilkada dari konflik SARA.
Untuk itu, salut disampaikan kepada para pengurus pusat partai politik yang telah menetapkan calon yang lebih mengutamakan kapasitas dan kemampuan intelektual ketimbang personifikasi yang cenderung hanya mengeksploitasi isu SARA.
Itu khususnya dilakukan Gerindra dan PKS yang pada saat terakhir menetapkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang jelas akan lebih mengunggulkan kemampuan intelektual. Demikian pula poros Cikeas, Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN menetapkan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang mengunggulkan kapasitas calon dan jauh dari eksploitasi SARA.
Pilihan pimpinan parpol menetapkan calon yang jauh dari eksploitasi isu SARA itu amat melegakan banyak orang yang sempat mencemaskan pilkada serentak 2017 bisa menyeret bangsa dalam perpecahan akibat konflik SARA yang fatal. Apalagi, kalau konflik itu meletus di Ibu Kota negara, kekacauan bisa cepat meluas ke seantero negeri. Ancaman itulah yang telah diatasi dan diredam dengan baik oleh parpol-parpol dalam penetapan calon gubernur DKI Jakarta.
Cara bijaksana sedemikian yang telah dibuat oleh para pengurus pusat parpol, sebaiknya diikuti oleh pimpinan parpol di daerah yang juga sedang mengikuti pilkada serentak 2017. Maksudnya, para pimpinan parpol di daerah, dalam berusaha memenangkan calon yang diusung berusaha tetap menjaga agar tidak terjebak atau terseret isu SARA yang bisa mendorong ke arah konflik dan perpecahan.
Hal itu perlu ditekankan, karena dengan solidnya parpol-parpol di Jakarta menjaga massanya dari jebakan isu dan konflik SARA, bukan mustahil para penyulut isu SARA yang gagal di Ibu Kota akan merambah ke daerah untuk mencari titik terlemah tempat isu tersebut "laku dijual". Daerah yang kecolongan dalam hal ini akan rugi sendiri, masyarakatnya bisa terseret konflik fisik yang menghancurkan sarana dan prasarana daerahnya.
Untuk itu, alangkah baiknya parpol-parpol merapatkan barisan masyarakat daerahnya melaksanakan pilkada yang bersih, jauh dari isu SARA. Harapannya, mendapatkan kepala daerah terbaik, negerinya aman dan damai. ***

0 komentar: