Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Taqiyuddin, Pendiri Hizbut Tahrir yang Brilian!

SYEIKH Taqiyyuddin An Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, adalah tokoh yang brilian. Dia telah hafal Alquran seluruhnya sebelum usianya 13 tahun.
Itu dicapainya berkat didikan ilmu dan agama di rumah dari ayahnya sendiri, seorang syeikh yang faqih fid din. Ayahnya pengajar ilmu-ilmu syariah di Kementerian Pendidikan Palestina.
Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syariah, yang diperolehnya dari ayahnya, Syeikh Yusuf An Nabani, seorang kadi (hakim), penyair, sastrawan, dan salah seorang ulama terkemuka di Turki Utsmani. (Wikipedia)
Taqiyuddin lahir di Ijzim, Haifa, Palestina Utara, pada 1909, waktu itu di bawah Turki Utsmani (wafat 11 Desember 1977 di Beirut). Pertumbuhan Taqiyuddin dalam suasana keagamaan yang kental itu berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Dia banyak mendapat pengaruh dari kakeknya, Syeikh Yusuf An Nabani, dalam banyak hal.
Taqiyuddin mulai mengerti ikhwal politik yang penting ketika kakeknya menempuh atau mengalami secara langsung karena hubungannya yang erat dengan para tokoh Khalifah Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia banyak menimba ilmu melalui diskusi-diskusi fiqih yang diselenggarakan oleh kakeknya.
Kebrilianan Taqiyuddin ketika mengikuti majelis ilmu tersebut menarik perhatian kakeknya. Sang kakek berusaha meyakinkan ayahnya—Syeikh Ibrahim bin Mustafa—tentang perlunya mengirim Taqiyuddin ke Al Azhar untuk melanjutkan pendidikannya.
Taqiyuddin harus meninggalkan sekolah menengah di Palestina untuk berangkat ke Kairo dan masuk ke Tsanawiyah Al Azhar yang lulus tahun itu juga (1928) dan lanjut kuliah di Al Azhar yang selesai 1932.
Setamat di Al Azhar ia kembali ke Palestina dan menjadi guru di SMA Negeri Haifa, sekaligus mengajar di sebuah madrasah islamiah. Pada 1940 ia diangkat sebagai musyawir (asisten kadi) yang ia jabat hingga 1945, saat ia dimutasi ke Ramallah menjadi kadi di Mahkamah Ramallah hingga 1948. Setelah itu ia meninggalkan Ramallah menuju Syam (Suriah) akibat jatuhnya Palestina ke tangan Yahudi.
Namun, ia disurati sahabatnya, Ustaz Anwar al Khatib, yang memintanya kembali ke Palestina untuk menjadi kadi di Mahkamah Syariah Al Quds (Yerusalem). Ia terima tawaran itu pada 1948, sekalian ia manfaatkan untuk mempersiapkan pendirian Hizbut Tahrir. Itu dia lakukan dengan menulis buku-buku panduan yang lengkap semua dimensi dasar perjuangan Hizbut Tahrir yang ia deklarasikan di Al Quds 1953. ***

0 komentar: