http://www.lampost.co/berita-beras-rentan-ganggu-pertumbuhan
Ditekannya konsumsi beras premium dan super diganti beras HET
Rp9.000/kg bisa mengurangi secara signifikan nilai konsumsi rumah
tangga, yang dampaknya mengganggu pertumbuhan ekonomi. Itu karena
konsumsi rumah tangga penyumbang 56,94% Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia pada kuartal I 2017, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,01%.
Rentannya
eliminasi beras premium dan super terhadap pertumbuhan karena kelas
menengah negeri ini yang mengonsumsinya cukup besar, menurut Asian
Development Bank (ADB) 2014 mencapai 59% dari populasi. (Liputan6.com,
16/4/2014) Besarnya jumlah kelas menengah penggunanya akan mengurangi
nilai konsumsinya secara signifikan dalam total konsumsi rumah tangga
nasional.
Lagi pula nilai beras amat sensitif dalam statistika
kita. Contohnya, jumlah orang miskin Maret 2017 bertambah 6.900
dibanding September 2016, menurut Kepala BPS Suhariyanto akibat
terlambatnya distribusi beras sejahtera (rastra) Januari, Februari, dan
Maret 2017. (Kompas.com, 17/7) Bayangkan, terlambat distribusi
saja akibatnya fatal, apalagi nilai konsumsi rumah tangga yang terbesar
sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi yang terganggu.
Kalau
pada 2014 ADB mematok angka 146 juta orang kelas menengah Indonesia,
tidak berlebihan jika tahun ini dibulatkan jadi 150 juta. Merekalah
pengonsumsi beras premium dan super, kalau per orang 0,5 kg per hari,
per hari ada 75 juta kg yang dikonsumsi. Kalau harga rata-rata bauran
beras premium dan super Rp14 ribu/kg, dialihkan ke beras medium
Rp9.000/kg, terjadi penurunan nilai konsumsi Rp5.000/kg. Untuk 75 juta
kg per hari itu, berarti nilai konsumsi rumah tangga pada PDB setiap
hari turun sebesar Rp5.000 X 75 juta = Rp375 miliar.
Untuk PDB
nilai Rp375 miliar per hari itu memang kecil. Relevansinya pada
pertumbuhan ekonomi juga mungkin hanya nol koma nol sekian persen.
Namun, pada saat kita harus meningkatkan pertumbuhan nol koma nol sekian
persen dari kuartal sebelumnya, kehilangan nilai yang signifikan pada
pendukung utama pertumbuhan, konsumsi rumah tangga, jelas amat riskan.
Seberapa brilian arti menghabisi beras premium dan super pada nilai
konsumsi rumah tangga akan diuji pada angka pertumbuhan kuartal III dan
IV 2017.
Terlepas dari nilai ekonomi dan dampaknya pada
sumbangan konsumsi rumah tangga pada PDB, tindakan membatasi jenis
pilihan makanan selera rakyat luas itu kurang sehat bagi negara
demokrasi. Tebersit semangat totaliter penguasa.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Senin, 31 Juli 2017
Beras Rentan Ganggu Pertumbuhan!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar