Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Usaha Naikkan Nilai Tambah Beras!

DI Bekasi pada Kamis (20/7/2017) lalu, sebuah gudang beras swasta digerebek polisi, dituduh melakukan pengoplosan beras. Selain dalam gudang itu terdapat banyal beras jenis IR64 produk petani umumnya, juga terdapat beras premium dalam karung bermerek Maknyus yang di pasar harganya Rp13.700/kg dan Cap Ayam Jago Rp20.400/kg.
Terkesan, pengusahanya dituduh mengoplos beras IR64 ke karung bermerek, lalu menjualnya dengan harga yang fantastis itu. Masalahnya, apakah benar konsumen bisa ditipu dengan cara itu hingga fanatik memilih beras bermerek tersebut dengan harga mahal dari bulan ke bulan?
Lazimnya, konsumen amat sensitif dengan rasa beras yang dimakannya setiap hari. Mereka cepat tahu kalau ketabrak beras oplosan yang harus dia bayar mahal dan pedagang beras yang kena semprot. Artinya, konsumen tak mudah ditipu terkait kualitas beras, dan merek beras yang menipu tidak dibeli lagi sehingga pengusahanya bangkrut.
Di Lampung, banyak merek beras premium di pasar, dengan harga di atas beras Bulog. Ini menjadi salah satu keuntungan yang langsung dinikmati petani, dengan harga pembelian gabah kepada petani sering di atas patokan harga pembelian pemerintah (HPP). Sekaligus menaikkan nilai tukar petani (NTP), hingga NTP Lampung di zaman SBY pernah 126 saat NTP nasional 102. (Silakan cek data BPS) Akibatnya, di Lampung, Bulog sering kewalahan untuk memenuhi target pembelian gabah.
Hal itu terjadi karena para pemulia yang meningkatkan nilai tambah beras berburu langsung ke daerah-daerah produsen gabah berkualitas dan punya rasa khas, seperti Talangpadang, Palas, Batanghari, dan Trimurjo. Memang, padinya IR64 juga, tetapi selain tumbuh di kawasan istimewa, juga diproses secara khusus, sejak kematangan usia panen, pengeringan, hingga penggilingannya dengan ketebalan kupasan tertentu. Sejak dari sawah, para pemulia sudah membeli dari petani dengan harga jauh di atas harga pembelian Bulog.
Untuk itu, petani yang sudah lama menikmati hal ini ingin meluruskan pemahaman tentang subsidi bibit dan pupuk yang mereka terima untuk meningkatkan produktivitas petani supaya makmur, bukan subsidi untuk harga jual gabah hingga tidak boleh lebih mahal dari HPP. Adapun HPP untuk menolong petani jika harga merosot.
Hal itu dikemukakan agar daerah ini tidak latah menyapu bersih beras bermerek dari pasar karena sejatinya pemuliaan menaikkan nilai tambah beras menguntungkan petani dan konsumen mendapat beras premium. ***

0 komentar: