PERNYATAAN Pemerintah Myanmar siap menerima kembali warga Rohingya ternyata cuma pemanis buat tim kemanusiaan PBB. Buktinya, otoritas Bangladesh melaporkan adanya gelombang baru pengungsi Rohingya dari Rakhine 4.000 hingga 5.000 orang setiap harinya, akibat militer Myanmar mengganas lagi mengusir warga muslim dengan membakar kampung mereka.
Itu setelah lebih 500 ribu warga Rohingya mengungsi selama lebih sebulan terakhir. AFP, Rabu (4/10/2017), melaporkan 10 ribu pengungsi Rohingya bergerak secara berbondong-bondong dari Myanmar menuju perlintasan perbatasan untuk masuk Bangladesh. Mereka akan bergabung dengan ratusan ribu pengungsi Rohingya yang menempati kamp-kamp pengungsian tidak nyaman di Bangladesh (detiknews, 4/10/2017).
Gelombang baru pengungsi ini membawa kesaksian lebih mengganasnya lagi militer Myanmar mengusir warga muslim Rohingya dari Rakhine dengan membakar desa-desa mereka. Rashida Begum (30) yang tiba di Bangladesh, Senin (2/10/2017), berkisah pada AFP, semula otoritas lokal Rakhine meyakinkan warga Rohingya mereka aman jika tetap tinggal di desa-desa mereka.
Tapi, kemudian militer datang memerintahkan warga untuk pergi. "Mereka mengatakan tidak membahayakan kami, tapi akhirnya mereka menggiring kami keluar dan membakar rumah-rumah kami," ujar Begum. Bersama putrinya Begum lari ke kawasan pantai yang dipenuhi warga Rohingya, menunggu giliran menyeberangi Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh.
Pejabat lokal di Bangladesh, Fazlul Haq, menuturkan aliran perahu pengungsi nyaris berhenti akhir September 2017, namun kembali meningkat beberapa hari terakhir. Kebanyakan pengungsi Rohingya melaporkan ancaman dan intimidasi militer Myanmar kepada mereka.
Setelah PBB menyatakan krisis Rohingya sebagai “pembersihan etnis”, seiring memanasnya di Inggris protes terhadap kekejaman di Myanmar, lukisan potret pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dicopot dari almamater Universitas Oxford. Dilaporkan AFP, Sabtu (30/9/2017), foto Suu Kyi yang selama ini dipajang di pintu masuk utama St Hugh's College sudah disimpan di gudang sejak Kamis (28/9/2017), diganti dengan lukisan dari pelukis Jepang, Yoshihiro Takada.
Suu Kyi lulusan filsafat, politik, dan ekonomi Oxford 1967 dan master politik pada 1968. Lukisan wajah Suu Kyi itu milik mendiang suaminya, Michael Aris, yang juga lulusan Oxford. Lukisan itu diwariskan ke almamater setelah Aris meninggal 1999. Kini pencopotan Nobel Perdamaian dari Suu Kyi yang dilantunkan dunia. ***
Gelombang baru pengungsi ini membawa kesaksian lebih mengganasnya lagi militer Myanmar mengusir warga muslim Rohingya dari Rakhine dengan membakar desa-desa mereka. Rashida Begum (30) yang tiba di Bangladesh, Senin (2/10/2017), berkisah pada AFP, semula otoritas lokal Rakhine meyakinkan warga Rohingya mereka aman jika tetap tinggal di desa-desa mereka.
Tapi, kemudian militer datang memerintahkan warga untuk pergi. "Mereka mengatakan tidak membahayakan kami, tapi akhirnya mereka menggiring kami keluar dan membakar rumah-rumah kami," ujar Begum. Bersama putrinya Begum lari ke kawasan pantai yang dipenuhi warga Rohingya, menunggu giliran menyeberangi Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh.
Pejabat lokal di Bangladesh, Fazlul Haq, menuturkan aliran perahu pengungsi nyaris berhenti akhir September 2017, namun kembali meningkat beberapa hari terakhir. Kebanyakan pengungsi Rohingya melaporkan ancaman dan intimidasi militer Myanmar kepada mereka.
Setelah PBB menyatakan krisis Rohingya sebagai “pembersihan etnis”, seiring memanasnya di Inggris protes terhadap kekejaman di Myanmar, lukisan potret pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dicopot dari almamater Universitas Oxford. Dilaporkan AFP, Sabtu (30/9/2017), foto Suu Kyi yang selama ini dipajang di pintu masuk utama St Hugh's College sudah disimpan di gudang sejak Kamis (28/9/2017), diganti dengan lukisan dari pelukis Jepang, Yoshihiro Takada.
Suu Kyi lulusan filsafat, politik, dan ekonomi Oxford 1967 dan master politik pada 1968. Lukisan wajah Suu Kyi itu milik mendiang suaminya, Michael Aris, yang juga lulusan Oxford. Lukisan itu diwariskan ke almamater setelah Aris meninggal 1999. Kini pencopotan Nobel Perdamaian dari Suu Kyi yang dilantunkan dunia. ***
0 komentar:
Posting Komentar